Menteri Nasir mengaku di-"bully" soal impor rektor
Kamis, 1 Agustus 2019 13:33 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir saat menghadiri pengambilan sumpah dokter baru Undip Semarang, Kamis. (ANTARA/I.C.Senjaya)
Semarang (ANTARA) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengaku dirisak (di-bully) selama beberapa pekan terakhir ini menyusul rencana pemerintah yang akan mendatangkan rektor asing.
"Saya hanya berpikir bagaimana perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk kelas dunia, itu saja," kata Nasir saat menghadiri pengambilan sumpah dokter baru Universitas Diponegoro Semarang, Kamis.
Menurut dia, jika ingin perguruan tinggi maju maka kita harus berkolaborasi.
"Tanpa kerja sama dengan PT yang sudah kelas dunia tidak mungkin," tambahnya.
Baca juga: Yosep Parera sebut merekrut rektor asing tak sejalan dengan Pancasila
Ia menjelaskan wacana untuk menggunakan jasa rektor dari luar negeri sudah ada sejak 2016.
Ia mengakui penolakan atas wacana pada saat itu sangat luar biasa.
Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya perubahan perguruan tinggi di Indonesia.
"PT di seluruh dunia ini berkolaborasi sudah biasa. Rektor asing sudah biasa," katanya.
Ia menyebut sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, serta Norwegia sudah melakukan hal tersebut.
"Beri kesempatan rektor asing, jangan ditutup," pungkasnya.
Baca juga: Rektor Undip tak khawatir masuknya PT asing
"Saya hanya berpikir bagaimana perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk kelas dunia, itu saja," kata Nasir saat menghadiri pengambilan sumpah dokter baru Universitas Diponegoro Semarang, Kamis.
Menurut dia, jika ingin perguruan tinggi maju maka kita harus berkolaborasi.
"Tanpa kerja sama dengan PT yang sudah kelas dunia tidak mungkin," tambahnya.
Baca juga: Yosep Parera sebut merekrut rektor asing tak sejalan dengan Pancasila
Ia menjelaskan wacana untuk menggunakan jasa rektor dari luar negeri sudah ada sejak 2016.
Ia mengakui penolakan atas wacana pada saat itu sangat luar biasa.
Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya perubahan perguruan tinggi di Indonesia.
"PT di seluruh dunia ini berkolaborasi sudah biasa. Rektor asing sudah biasa," katanya.
Ia menyebut sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, serta Norwegia sudah melakukan hal tersebut.
"Beri kesempatan rektor asing, jangan ditutup," pungkasnya.
Baca juga: Rektor Undip tak khawatir masuknya PT asing
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Soal rektor asing, Menristekdikti: Saya yakin ini jalan keluar terbaik
02 August 2019 14:20 WIB, 2019