Jakarta (ANTARA) - Vivo Indonesia memastikan bahwa ponselnya tidak memiliki barang black market (BM), sebab di Indonesia sudah memiliki pabrik sendiri.

"Kita punya layanan purnajual yang sudah lebih dari 100, jadi untungnya sampai detik ini kita belum pernah dapat laporan atau keluhan bahwa ini handphone-nya kita bermasalah dan pas kita cek bahwa handphone BM," ujar Senior Brand Director Vivo Indonesia, Edy Kusuma dalam peluncuran Vivo Z1 Pro di Jakarta, Senin.

Edy mengatakan sejauh ini dia tidak pernah menemukan adanya keluhan terhadap ponsel Vivo khususnya barang palsu. Menurutnya, Vivo selalu memberikan edukasi kepada konsumen untuk pintar dan teliti dalam membeli produk.

"Kita enggak pernah ya mengalami ada handphone BM merek Vivo. Karena kita juga kan sudah mengedukasi konsumen kita terus-terusan toh kita punya banyak layanan purnajual kok dan lebih dari 100, rasanya sih kalo konsumen kita adalah konsumen yang smart dia akan cari aman," jelas Edy.

Hadirnya ponsel yang dijual di "pasar gelap" terjadinya karena beberapa hal, di antaranya adalah jumlah barang yang diproduksi terbatas dan harga yang mahal. Namun khusus Vivo, Edy bisa menjaminnya tidak akan terjadi.

"Masalah stok itu kalau kita enggak masalah karena kita punya pabrik sendiri di Cikupa, nah pabrik kita ini terus kita develop. Jadi kita udah bisa prediksi, kalau di bulan ini ada produk sekian dan segala macam, kerja sama tim sih intinya jadi kita tetap bisa memenuhi produksi demand yang tinggi," kata Edy.

Meski demikian, Edy menegaskan bahwa barang BM tidak diperkenankan untuk melakukan servis di gerai resmi Vivo.

"Tentu enggak boleh karena kita juga khawatir. Handphone kita yang beredar di pasaran sedikit sekali ada keluhan. Jadi kalau misalnya sampai ada handphone BM dan servis di layanan kita, tentu enggak bisa kita terima. Karena kita ada IMEI dan kita mau menjaga kualitas smartphone yang ada di Indonesia," terang Edy.


Baca juga: Vivo resmi luncurkan Z1 Pro, harga Rp3 jutaan

Baca juga: Vivo Indonesia apresiasi kebijakan IMEI