Semarang (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat jumlah timbunan sampah plastik diperkirakan 24.500 ton per hari atau setara 8,96 juta ton per tahun. Sampah plastik terus meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir, karena dari sekitar 9,5 miliar lembar kantong plastik yang digunakan masyarakat, sekitar 95 persennya menjadi sampah. Sampah plastik sangat buruk bagi lingkungan, juga telah membunuh seratus ribu binatang.

Kondisi tersebut tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Semua pihak harus ambil peran. Semua pihak harus bersama memerangi sampah plastik sebagai musuh bersama. Salah satu contohnya dengan gerakan yang telah dilakukan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Mereka mendeklarasikan Generasi Bijak Plastik sebagai upaya untuk mengampanyekan pengurangan sampah plastik.

Deklarasi yang melibatkan sedikitnya 3.000 mahasiswa pada acara Masa Taaruf (Masta) Mahasiswa Baru 2019 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Koordinator Komisariat (Koorkom) UMP di Lapangan UMP, Sabtu (24/8) tersebut diharapkan menjadi salah satu upaya edukasi dan meningkatkan kesadaran agar bijak menggunakan plastik. Salah satu cara mengurangi sampah plastik yakni dengan mewajibkan mahasiswa baru membawa tumbler (botol minum, red.). Mahasiswa diminta tidak menggunakan botol minuman yang sekali pakai.

Selain mahasiswa UMP, mahasiswa yang tergabung dalam AIESEC, organisasi kepemudaan di dunia yang bergerak dalam bidang pengabdian sosial dan pengembangan jiwa kepemimpinan melalui gerakan pertukaran pelajar, juga mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan reform eco day.

Selain diskusi, ada juga ajang kreasi daur ulang sampah plastik dengan peserta sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Semarang, mahasiswa asing dari Mesir, China, Hongkong, dan Slovakia. Mereka menerima materi mengenai pentingnya bank sampah untuk mengurangi jumlah sampah, terutama plastik yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sedangkan pada ajang kreasi daur ulang, masyarakat diajak membuat atau menciptakan barang-barang yang berasal dari sampah plastik seperti menjadi pernak-pernik. 
                            
Upaya mengurangi sampah plastik juga dilakukan Gunondo, Nur Hadi, dan Arifin, warga Sedulur Sikep di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dengan mengubahnya menjadi paving block  untuk mempercantik halaman rumah dan dijadikan hiasan dinding layaknya batu alam. Batu tempel plastik untuk hiasan dinding berukuran 20x40 sentimeter yang dibuat mencapai 17 meter persegi, sedangkan paving berdiameter 12 cm dengan ketebalan 4 cm berkisar 3 meter persegi.

Ide kreatif tersebut dijalankan dengan membeli sampah plastik dari para pengepul Rp150.000 per tiga kuintal untuk jenis sampah campur. Dari sampah plastik dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mengubahnya menjadi hiasan dinding. Sementara untuk pembuatan paving membutuhkan waktu dua kali lebih lama yakni 30 menit mulai dari pembakaran sampah plastik, pencetakan, hingga pendinginan.

Segala upaya mengurangi sampah plastik mulai dari gerakan deklarasi hingga menjadikannya sebagai paving tentu masih sebatas upaya tindakan "sebab akibat", karena sampah plastik melimpah sehingga harus daur ulang. Tentu segala upaya tersebut bisa lebih efektif jika kita semua menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dimulai dari diri sendiri, diet dari yang berbahan plastik sekali pakai seperti sedotan, air mineral botol/gelas plastik, dan tas belanja plastik, hingga membawa tas belanja sendiri serta penerapan regulasi penggunaan tas plastik berbayar