Batang (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Batang siap membangun ruang pamer produk usaha kecil dan menengah, khususnya kerajinan batik Rifaiyah, sebagai tempat promosi sekaligus pengenalan produk unggulan.

Ketua Dekranasda Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi usai acara diskusi pengembangan batik Batang, Sabtu, di Batang, mengatakan bahwa pihaknya merasa bangga dengan munculnya produk batik Rifaiyah yang dapat diunggulkan dengan motif batik yang khas.

Baca juga: Anak muda diajak pahami motif khas batik Pekalongan

Ia mengatakan bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab bagaimana memasarkan produk-produk unggulan seperti batik Rifaiyah agar makin banyak peminatnya, baik pembeli lokal maupun mancanegara.

"Oleh karena itu, kami bermimpi ada show room untuk tempat promosi memasarkan produk-produk UKM, termasuk bentuk contoh produk batik Rifaiyah," katanya.

Selain membangun tempat ruang pamer, Dekranasda juga terus berupaya mempromosikan produk UKM dan batik Rifaiyah dengan mengikuti beberapa ajang pameran ke luar daerah, seperti ke Bali, Jakarta, dan Balikpapan.

"Dari hasil promosi itu, sudah ada para pelaku kerajinan sudah bisa berjalan sendiri dan secara ekonomi sudah dapat menunjang ekonomi mereka dan perekonomian di daerah. Promosinya sudah luar biasa, kami tinggal memberikan semangat dukungan," katanya.

Baca juga: "Fashion on the street" diusulkan jadi agenda tahunan

Untuk melestarikan kerajinan batik Rifaiyah, Dekranasda akan terus mendorong para pelaku dapat berinovasi dan kreatif dengan memunculkan motif-motif batik yang bisa spektakuler agar diminati oleh pembeli.

"Kami akan mengupayakan tamu-tamu pemerintah daerah bisa menyempatkan melihat atau membeli batik-batik itu. Ini juga sebagai upaya kami ikut memasarkan produk-produk unggulan di daerah pada tamu-tamu yang datang ke pemkab," katanya.

Direktur IPI, peneliti, dan pencinta batik William Kwan mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat belum mengenal corak maupun motif batik apakah itu batik tulis atau batik cap.

"Saya menduga 97 persen sampai 98 persen masyarakat belum bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cap. Oleh karena itu, perlu memberikan pengetahuan tentang batik, baik melalui visual maupun yang lainnya," katanya.

Pada acara diskusi itu, pelaku kerajinan batik disuguhi pemutaran film pendek dari seorang seniman Belanda Sabine Bolk. Film itu bernarasi tentang bagaimana batik dibuat yang diceritakan melalui media sebuah tarian batik dan menceritakan sejarah pengaruh Indo-Eropa dalam batik Pesisiran Jawa.