Jakarta (ANTARA) - Medali emas lompat jauh SEA Games 2019 kemungkinan menjadi capaian terakhir Maria Natalia Londa di pesta olahraga se-Asia Tenggara itu setelah berkarir hampir 20 tahun di atletik.

Dengan lompatan sejauh 6,47m, atlet berusia 29 tahun itu menyingkirkan Parinya Chuaimaroeng asal Thailand ke peringkat dua.

Catatan terbaik Maria hari itu diciptakan di percobaan keenam, sementara sang rival terdekat hanya mampu mencatatkan hasil terbaiknya yaitu 6,23m di lompatan kelima.

Baca juga: Emas lompat jauh milik Maria Londa

Mong Mo Vu Thi dari Vietnam berhak atas medali perunggu setelah melompat sejauh 6,16m.

"Setelah saya hitung ini SEA Games ke-6 dan medali ke-12. Sepertinya ini menjadi penutup tapi bagaimana nanti dari PB PASI. Kalau untuk mendampingi atlet junior saya mungkin bisa bertahan, hanya tidak akan lama," kata Maria usai dikalungi medali emas.

Sebelumnya di hari kedua pertandingan atletik, Sabtu, Maria harus puas dengan medali perak di nomor lompat jangkit setelah lompatan sejauh 13,60m dikalahkan Chuaimaroeng yang meraih emas dengan lompatan sejauh 13,75 meter.

Perunggu lompat jangkit diraih atlet Vietnam lainnya, Thi Men Vu dengan catatan 13,55m.

Baca juga: Kemungkinan SEA Games terakhir dan regenerasi atlet bagi Maria Londa

Ketika meraih perak itu, Maria sebenarnya sedang mengalami menstruasi sehingga merasakan rasa sakit di kakinya, ungkap pelatih I Ketut Pageh.

Rasa sakit itu sudah berkurang hari ini hingga Maria tampil lebih prima untuk merebut medali emas lompat jauh.

Maria pun memperbaiki catatannya di SEA Games 2017 ketika dia meraih perak di nomor lompat jauh dan lompat jangkit dengan satu emas dan satu perak di Filipina.

"Sebenarnya ini sudah melebihi target pribadi saya, keluar dari riwayat cedera yang panjang itu kadang-kadang membuat rasa percaya dirinya berada jauh di bawah kadarnya jadi puji Tuhan hari ini diberi pengembalian kepercayaan diri lagi," kata Maria yang sempat terkena cedera pada Februari itu.

Baca juga: Maria Londa rebut perak nomor lompat jangkit

Maria sejak turun di SEA Games 2009 di Laos selalu meraih medali di nomor lompat jauh dan lompat jangkit, capaian terbaiknya diraih di Myanmar pada 2013 dan Singapura dua tahun berselang di mana ia menjuarai kedua nomor itu.

Pada 2014, Maria membuat kejutan dengan meraih emas nomor lompat jauh di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Maria memulai karirnya di atletik pada tahun 2000. Dua tahun berselang dia mulai berlatih di pelatnas.

Cedera yang ia derita setelah SEA Games 2015 di Singapura menjadi awal kegalauan atlet kelahiran Denpasar, Bali itu.

Hingga pada awal tahun lalu, Maria ingin memutuskan untuk pensiun menyusul cedera achilles dan tumit yang ia alami ketika latihan.

"Ini akumulasi semua. Sebenarnya sudah dari awal tahun kemarin. Hanya saja bertahan benar-benar untuk menutup 20 tahun. Makanya kemarin bertahan dengan semua proses cedera, sempat putus asa, semuanya. Itu yang benar-benar membuat saya tadi akhirnya lega, semuanya terbayarkan," kata Maria yang juga sedang menjalani program kehamilan itu.

Baca juga: Maria Londa tetap bersyukur meski gagal tembus final Kejuaraan Dunia

Pekan Olahraga Nasional 2020 di Papua kemungkinan akan menjadi ajang multi event terakhir yang ia ikuti untuk menggenapi 20 tahun karirnya sebagai atlet.