Kudus (ANTARA) - Perum Bulog subdivre Pati, Jawa Tengah, menargetkan menggelontorkan 26.556 ton beras untuk operasi pasar yang dilakukan di sejumlah kabupaten di Karesidenan Pati.

"Hingga 16 Desember 2019, target operasi pasar beras sudah terealisasi 9.432,38 ton beras," kata Kepala Perum Bulog subdivre Pati Yonas Haryadi Kurniawan di sela-sela rapat koordinasi (rakor) tentang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Daerah (Ekuinda) di Kudus, Rabu dengan dipimpin Sekda Kudus Sam'ani Intakoris 

Ia mengungkapkan realisasi penyaluran cadangan beras pemerintah melalui operasi pasar sebesar itu, meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, Rembang, Blora dan Pati.

Baca juga: Bulog siap gelar OP di lima kabupaten

Jumlah penyaluran beras terbesar, yakni di Kabupaten Pati mencapai 5.544,77 ton, disusul Kabupaten Blora sebanyak 1.742,05 ton, Kabupaten Rembang 1.251,65 ton, Kabupaten Jepara 789,4 ton dan Kabupaten Kudus 104,51 ton.

Ia mengungkapkan hasil operasi pasar di Kabupaten Kudus, menunjukkan preferensi konsumsi warga Kudus lebih memilih beras fresh tanpa mempedulikan beras medium atau beras premium.

Harga beras di Kabupaten Kudus, katanya, belum mengalami kenaikan secara signifikan. Sementara kegiatan operasi pasar tersebut, bertujuan untuk menekan tingginya harga beras di pasaran.

"Tahun 2019 beras bukan merupakan penyumbang inflasi di Kudus," ujarnya.

Bulog Pati juga memantau harga jual beras di tingkat produsen selama 2019 di Kabupaten Kudus, dari Januari 2019 mencapai Rp8.700 per kilogram, kemudian turun bertahap hingga April 2019 mencapai Rp7.900/kg, kemudian naik bertahap hingga Desember 2019 menjadi Rp8.700/kg.

Untuk tren harga beras di Pasar Bitingan Kudus 2019, Perum Bulog Subdivre Pati juga mencatat beras paling laku pada awal 2019 dengan harga Rp9.500/kg, kemudian bulan Mei 2019 di kisaran harga Rp9.000/kg yang bertahan hingga bulan Oktober 2019 dan bulan Desember 2019 naik menjadi Rp9.500/kg.

Sementara harga beras eceran paling murah bulan Desember 2019 tercatat sebesar Rp9.000/kg atau lebih rendah pada awal Januari 2019 tercatat sebesar Rp8.700/kg.

Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Kudus Dwi Agung Hartono menambahkan masyarakat Kudus memang cenderung memilih beras dengan harga yang tidak terlalu murah.

"Buktinya, saat digelar operasi pasar penyerapannya belum maksimal yang dimungkinkan pembelinya juga dari kalangan pedagang," ujarnya.

Untuk stok beras, dia menganggap, tidak ada masalah karena selain stok yang dimiliki Bulog juga didukung stok beras yang dimiliki para pedagang besar.