Surabaya (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menilai sosok K.H. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) yang memiliki sikap menghargai perbedaan patut diteladani.
Menurut dia, Gus Sholah menjunjung tinggi perbedaan karena setiap orang memiliki pandangan yang belum tentu sama, namun tetap sesuai koridor sehingga menjadikan seseorang lebih bijak.
"Beliau juga tidak memaksakan pendapat yang sama. Cara menyelesaikan perbedaan juga tidak saling menghujat. Ini yang harus diteladani," ucap dia.
Baca juga: KH Sholahuddin Wahid meninggal dunia
Mantan Wagub Jatim itu, mengucapkan duka cita sedalam-dalamnya dan mendoakan almarhum Gus Sholah diterima di sisi Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
"Saya sangat sering komunikasi dengan putra Gus Sholah, Ipang Wahid, termasuk menanyakan kabar ayahnya saat tadi sempat kritis dan masuk rumah sakit. Sekarang, kita semua berduka karena ditinggalkan ulama hebat di negeri ini," katanya.
Atas nama PBNU, ia juga mengimbau kepada pengurus wilayah, cabang, lembaga, badan otonom, serta pondok pesantren mendoakan almarhum Gus Sholah melalui doa bersama, tahlil, dan menunaikan Shalat Gaib.
Tokoh penting Nahdlatul Ulama, Gus Sholah itu, tutup usia setelah kondisinya kritis dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, Minggu (2/2), pukul 20.55 WIB.
Dari laman media sosial putra Gus Sholah, Irfan Wahid (Ipang Wahid) meminta permohonan maaf dari almarhum ayahnya jika ada kesalahan.
Gus Sholah adalah adik kandung dari Presiden ke-4 RI, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Gus Sholah lahir di Jombang, 11 September 1942 dan mengembuskan napas terakhir pada usia 77 Tahun.