Budidayakan kakap putih, petambak ikan di Demak gunakan pakan alami
Rabu, 11 Maret 2020 19:20 WIB
Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara Sugeng Raharjo menunjukkan ikan kakap putih yang baru dipanen dari tambak warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (11/3/2020). ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Demak (ANTARA) - Petambak ikan di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, membudidayakan ikan kakap putih yang benihnya diperoleh dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dengan hasil panen yang diprediksi mencapai tiga ton ikan.
"Total benih yang saya tebar di kolam seluas lima hektare di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, mencapai puluhan ribu ekor," kata Ketua Kelompok Windu Jaya Satu Ahmad Hidayat di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Rabu.
Awalnya, kata dia, bantuan benih ikan kakap sebanyak 20.000 ekor yang diterima dari BBPBAP Jepara dipelihara di kolam pendederan hingga usia dua bulan dengan berat hingga 200-an gram, baru dipindahkan ke kolam seluas lima hektare untuk pembesaran.
Baca juga: PLN dorong budidaya lalat tentara hitam untuk pakan ikan dan unggas
Selain mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan buatan pabrik saat masih dipelihara di kolam pendederan, ia juga mengeluarkan biaya untuk pembelian ikan rucah atau ikan kecil-kecil dari tempat pelelangan ikan (TPI) sebagai upaya menekan biaya pakan.
Upaya lain untuk menekan biaya pakan, yakni dengan menyiapkan pakan alami di kolam, berupa ikan berukuran kecil mulai dari jenis ikan nila maupun mujair.
Hasilnya, lanjut dia, dalam jangka waktu lima bulan sudah bisa dipanen secara parsial dengan berat ikan setiap ekornya mencapai satu kilogram.
"Saya perkirakan total ikan yang bisa dipanen berkisar 3 ton lebih sehingga masih menguntungkan, karena biaya operasional dari pembelian pakan pabrik, ikan rucah hingga biaya pemeliharaan selama lima bulan berkisar Rp50 jutaan, sedangkan hasilnya dengan harga jual Rp55.000 per kg bisa mencapai ratusan juta," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Raharjo yang juga hadir di Desa Sidorejo untuk melihat hasil panen ikan kakap putih mengaku senang dengan hasil yang dicapai petambak ikan di Desa Sidorejo.
Apalagi, lanjut dia, kakap putih merupakan komoditas yang baru dikembangkan dengan tujuan bisa mengangkat perekonomian petambak ikan.
Harapannya, keberhasilan budidaya kakap putih itu ditularkan kepada petambak lainnya sehingga bisa ikut menikmati hasil budidaya ikan kakap putih.
Untuk ketersediaan benih kakap putih, kata dia, BBPBAP Jepara akan memperbanyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat petambak.
Benih kakap putih yang tersedia saat ini berkisar 50.000-an ekor dan masih bisa diperbanyak lagi.
BBPBAP Jepara dalam memberikan bantuan benih memprioritaskan petambak yang memang memiliki keseriusan dalam budidaya ikan tersebut dan bertanggung jawab.
"Hal terpenting, petambak yang mendapatkan bantuan bibit ikan mengikuti standar operasional prosedur dalam pemeliharaannya. Hasilnya, Ahmad berhasil membudidayakan dan sudah dipanen secara parsial," ujarnya.
Kepala Bidang Perikanan dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak Sriyono menambahkan budidaya ikan kakap yang dilakukan Ahmad Hidayat merupakan yang pertama, sekaligus sebagai pilot projek dari BBPBAP bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Demak yang ikut memberikan pendampingan dan dukungan.
Petambak lain yang hendak melakukan budi daya kakap putih, katanya, bisa meniru Ahmad Hidayat yang sudah berhasil dan bisa panen dengan hasil yang memuaskan.
"Nantinya, kami akan membantu memfasilitasi petambak lain yang hendak mengembangkan komoditas tersebut," ujarnya.
Baca juga: Batang dorong masyarakat budidaya lele
"Total benih yang saya tebar di kolam seluas lima hektare di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, mencapai puluhan ribu ekor," kata Ketua Kelompok Windu Jaya Satu Ahmad Hidayat di Desa Sidorejo, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Rabu.
Awalnya, kata dia, bantuan benih ikan kakap sebanyak 20.000 ekor yang diterima dari BBPBAP Jepara dipelihara di kolam pendederan hingga usia dua bulan dengan berat hingga 200-an gram, baru dipindahkan ke kolam seluas lima hektare untuk pembesaran.
Baca juga: PLN dorong budidaya lalat tentara hitam untuk pakan ikan dan unggas
Selain mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan buatan pabrik saat masih dipelihara di kolam pendederan, ia juga mengeluarkan biaya untuk pembelian ikan rucah atau ikan kecil-kecil dari tempat pelelangan ikan (TPI) sebagai upaya menekan biaya pakan.
Upaya lain untuk menekan biaya pakan, yakni dengan menyiapkan pakan alami di kolam, berupa ikan berukuran kecil mulai dari jenis ikan nila maupun mujair.
Hasilnya, lanjut dia, dalam jangka waktu lima bulan sudah bisa dipanen secara parsial dengan berat ikan setiap ekornya mencapai satu kilogram.
"Saya perkirakan total ikan yang bisa dipanen berkisar 3 ton lebih sehingga masih menguntungkan, karena biaya operasional dari pembelian pakan pabrik, ikan rucah hingga biaya pemeliharaan selama lima bulan berkisar Rp50 jutaan, sedangkan hasilnya dengan harga jual Rp55.000 per kg bisa mencapai ratusan juta," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Raharjo yang juga hadir di Desa Sidorejo untuk melihat hasil panen ikan kakap putih mengaku senang dengan hasil yang dicapai petambak ikan di Desa Sidorejo.
Apalagi, lanjut dia, kakap putih merupakan komoditas yang baru dikembangkan dengan tujuan bisa mengangkat perekonomian petambak ikan.
Harapannya, keberhasilan budidaya kakap putih itu ditularkan kepada petambak lainnya sehingga bisa ikut menikmati hasil budidaya ikan kakap putih.
Untuk ketersediaan benih kakap putih, kata dia, BBPBAP Jepara akan memperbanyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat petambak.
Benih kakap putih yang tersedia saat ini berkisar 50.000-an ekor dan masih bisa diperbanyak lagi.
BBPBAP Jepara dalam memberikan bantuan benih memprioritaskan petambak yang memang memiliki keseriusan dalam budidaya ikan tersebut dan bertanggung jawab.
"Hal terpenting, petambak yang mendapatkan bantuan bibit ikan mengikuti standar operasional prosedur dalam pemeliharaannya. Hasilnya, Ahmad berhasil membudidayakan dan sudah dipanen secara parsial," ujarnya.
Kepala Bidang Perikanan dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak Sriyono menambahkan budidaya ikan kakap yang dilakukan Ahmad Hidayat merupakan yang pertama, sekaligus sebagai pilot projek dari BBPBAP bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Demak yang ikut memberikan pendampingan dan dukungan.
Petambak lain yang hendak melakukan budi daya kakap putih, katanya, bisa meniru Ahmad Hidayat yang sudah berhasil dan bisa panen dengan hasil yang memuaskan.
"Nantinya, kami akan membantu memfasilitasi petambak lain yang hendak mengembangkan komoditas tersebut," ujarnya.
Baca juga: Batang dorong masyarakat budidaya lele
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB