Magelang (ANTARA) - Seorang guru SD Kanisius Kenalan, Borobudur, Kabupaten Magelang Henricus Suroto (59) rela mendatangi rumah murid-muridnya untuk melakukan pembelajaran tatap muka karena pembelajaran secara daring di kawasan Pegunungan Menoreh tersebut terkendala akses internet.

Suroto di Magelang, Senin, mengatakan selama pandemi COVID-19 ini pihak sekolahnya telah melakukan anjuran pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring, namun banyak anak didiknya yang tidak bisa mengakses internet karena kondisi medan di daerah pegunungan.

"Selain itu, ada juga orang tua siswa yang tidak memiliki android sehingga tidak bisa untuk melakukan pembelajaran secara daring, terpaksa saya mengunjungi rumah murid untuk melakukan pembelajaran langsung," katanya.

Ia menyampaikan meskipun melakukan pembelajaran tatap muka, pihaknya tetap melakukan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

Baca juga: Pemerintah diminta siapkan pembelajaran efektif saat pandemi

Menurut dia sekitar satu minggu setelah anak belajar di rumah pada pertengahan Maret 2020 pihaknya bersama teman-teman guru lain memutuskan untuk mendatangi rumah murid untuk belajar bersama, karena kalau tidak seperti itu nanti anak-anak tidak akan bisa belajar.

"Selain kendala sinyal telepon seluler, orang tua juga kurang memahami. Banyak sekali yang tidak paham materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran daring sehingga dengan kedatangan kami ini, tanggapan orang tua sangat senang karena bisa menjelaskan materi yang tidak dipahami siswa, anak pun juga merasa senang karena bisa ketemu dengan gurunya dan jika ada kesulitan langsung bisa ditanyakan," katanya.

Menurut dia pihaknya mendatangi rumah siswa bukan karena perintah dari kepala sekolah, tetapi inisiatif sendiri.

"Saya yang mendampingi anak, kalau hanya secara daring terus sepertinya kurang maksimal dalam arti bahwa anak itu hanya mendapat tugas-tugas terus, padahal belum tentu mereka memahaminya," katanya.

Ia menuturkan agar lebih efisien, pihaknya melakukan pertemuan secara kelompok siswa dalam satu dusun ada dua hingga tiga anak untuk belajar bersama, namun ada juga hanya mendatangi satu anak karena tempatnya berjauhan dengan siswa yang lain.

"Agar bisa dikelompokkan sehingga orang tua harus mengantarkan anaknya di suatu tempat yang sudah ditentukan untuk pertemuan. Dalam satu hari saya bisa mendatangi dua kelompok untuk melakukan pembelajaran dua hingga tiga jam setiap kelompok," katanya.

SD Kanisius Kenalan di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di Kawasan Pegunungan Menoreh ini letaknya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga beberapa siswanya juga berasal dari Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo.

Suroto yang sudah 35 tahun mengajar di SD Kanisius Kenalan ini juga mendatangi murid-muridnya yang tinggal di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Jarak terjauh siswa yang harus didatangi sekitar 6 kilometer.

Guru kelas 3 SD Kanisius Kenalan ini mengampu 15 anak, terdiri atas 10 anak dari wilayah Kecamatan Borobudur dan lima anak dari wilayah Kalibawang.

"Kendala yang dihadapi melakukan pembelajaran dengan mengunjungi siswa ini waktu musim hujan kemarin sering kehujanan, bahkan waktu mau ke rumah siswa juga pernah mengalami ban bocor," katanya.

Ia menegaskan inisiatif dirinya mengunjungi muridnya, bukan hanya karena susah sinyal telepon seluler, tetapi tanggung jawab sebagai guru pendamping karena pengalaman belajar secara daring kurang maksimal.

Suroto merasa jerih payahnya selama ini direspon bagus oleh orang tua siswa, senang sekali dengan kedatangan dirinya karena anak bisa belajar bersamanya.

Salah satu orang tua siswa Petrus Maryana merasa senang anaknya mendapat pembelajaran langsung dari guru, karena di daerahnya tidak bisa dilakukan pembelajaran secara daring.

"Di sini tidak ada sinyal, kalau online terhubungnya lama sekali dan putus-putus. Terima kasih sekali pada Pak Suroto yang telah mau datang di tempat kami untuk mendidik anak-anak," katanya.