Semarang (ANTARA) -
Seorang seniman dari Kota Semarang Yoyok Bambang Priyambodo,mempersembahkan karya tari bertajuk "Enduring The Freedoom" untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-75 Republik Indonesia.

Pertunjukan karya tari yang berisi pesan agar masyarakat tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa itu dilakukan secara daring serta dipublikasikan melalui media sosial Youtube di Semarang, Senin.

Yoyok menjelaskan bahwa karya tarinya tersebut menceritakan mengenai perasaan manusia yang dialami selama penjajahan dan digambarkan melalui simbol sangkar jeruji besi, sedangkan topeng serta cambuk menjadi gambaran penjajah dan paksaan serta siksaan yang diderita masyarakat pribumi.

Baca juga: Lewat tarian, seniman Semarang ajak masyarakat pererat silaturahim

Keduanya, lanjut dia, membelenggu dan mencengkeram. Namun, sumber daya dan kemampuan dengan segala potensi tidak bisa berbuat apa-apa 

Selanjutnya, manusia mulai mengobarkan semangat untuk bangkit dan keluar dari sangkar jeruji besi dan  hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan upaya gotong royong.

"Saya simbolkan dengan lidi yang disatukan menjadi segenggam sapu lidi. Namun, diperlukan gotong royong, sikap saling menghargai, hidup mandiri yang sejahtera, dan tenteram. Semua itu hanya bisa diawali dari diri sendiri, jadilah diri kita sendiri sebagai bangsa Indonesia," ujarnya.

Setelahnya, wujud kemerdekaan digambarkan dengan bendera sang Saka Merah Putih dengan nilai-nilai kepahlawanan, patriotisme, dan nasionalisme yang terkandung di dalamnya.

"Sejak Majapahit, Kediri, dan Sisingamangaraja IX sudah menggunakan sang Dwi Warna Panji Merah Putih," katanya.

Baca juga: Seniman Semarang ciptakan tarian penghormatan kepada korban COVID-19

Sebagai seorang pelaku kesenian, Yoyok merasa perlu untuk mengisi kemerdekaan dengan karya tari agar semangat nasionalis yang telah dikobarkan sejak dulu tetap ada.

Selama menyajikan pertunjukkan, dia dibantu oleh penari S. Pamardi, Dwi Yuworo, Sangghita Anjali, Mahendra, dan segenap penari Sanggar Greget Semarang.

Untuk komposisi gending dan tembang, Yoyok dibantu oleh Sudarsono, Edi Suryono, dan Mahendra.

"Sebisa mungkin kami gunakan tembang dan gending tradisi agar ikatan kulturalnya tetap terjaga," ujarnya.