Kirab obor Olimpiade di Osaka berlangsung di taman tanpa penonton

Selasa, 13 April 2021 14:55 WIB
Azusa Iwashimizu (tengah) dan anggota tim sepak bola nasional wanita Jepang lainnya berlari sebagai pembawa obor pada leg pertama estafet obor Olimpiade Tokyo di J-Village National Training Center di prefektur Fukushima, Jepang, (25/3/2021). ANTARA/Du Xiaoyi / Pool melalui REUTERS/pri. (REUTERS/POOL)
Jakarta (ANTARA) - Para pembawa obor Olimpiade Tokyo berlari di taman kosong di Osaka setelah kirab obor di prefektur barat Jepang itu diputuskan tidak dilakukan di jalan umum karena lonjakan kasus COVID-19, lapor Kyodo, Selasa.

Sehari sebelum hitung mundur 100 hari pembukaan Olimpiade dimulai, Osaka, kota metropolitan yang baru-baru ini mencatatkan rekor COVID-19 harian, menjadi prefektur pertama di Jepang yang terpaksa mengadakan estafet sesuai format rencana awal.

Pembawa obor berlari sekitar 200 meter di taman '70 Commermorative Park di Suita yang ditutup untuk umum itu bukan di jalan umum di mana banyak orang bisa berkumpul.

Masing-masing pelari diizinkan mengundang maksimal empat orang untuk menonton, termasuk keluarga. Lebih dari 100 pembawa obor dijadwalkan berlari selama dua hari di taman di Osaka, prefektur ke-10 yang telah dikunjungi api Olimpiade sejak dimulainya kirab 25 Maret.

Acara tersebut disiarkan secara online. Banyak pembawa obor melambai dan berpose selama mereka berlari di taman yang dibuat sebagai lokasi Japan World Exposition 1970 dan dikenal dengan karya seni "Tower of The Sun" yang ikonik oleh almarhum Taro Okamoto.

"Saya sangat bersyukur estafet berlangsung, apapun formatnya," kata Aya Terakawa, peraih medali perunggu renang Olimpiade London 2012, usai melakukan segmen estafet bagiannya di depan orang tuanya.

Pekan lalu, panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo memutuskan tidak menjalankan estafet di sepanjang jalan umum di Osaka setelah pemerintah prefektur tersebut mengumumkan keadaan darurat medis terkait virus corona dan meminta penduduk menahan diri dari acara yang tidak penting.

Baca juga: KOI, KBRI Tokyo akan kumpulkan suporter untuk Indonesia di Olimpiade

Kasus virus corona harian di Osaka, Selasa, akan melampaui 1.000 kasus untuk pertama kalinya, kata Gubernur Hirofumi Yoshimura. Angka tertinggi melampaui catatan kasus pada Sabtu (9/4), yaitu 918 kasus.

Sementara panitia penyelenggara mengatakan format acara dapat berubah karena situasi pandemi, kebutuhan untuk membatalkan estafet di jalan umum Osaka menambah skeptisme apakah Olimpiade bisa digelar musim panas nanti.

Obor Olimpiade awalnya dijadwalkan melewati lebih dari 15 kota dan tempat wisata populer, termasuk Osaka Castle Park sebelum estafet berakhir di prefektur tersebut Rabu 14 April.

Kirab obor Olimpiade 121 hari yang akan melibatkan 10.000 pelari tersebut telah diadakan sesuai dengan protokol kesehatan dalam upaya mencegah penyebaran virus corona.

Namun, menurut survei Kyodo yang diadakan Sabtu pekan lalu hingga Senin kemarin, hanya 13,2 persen yang mengatakan kirab obor Olimpiade harus dilanjutkan hingga melewati 47 prefektur Jepang sebelum upacara pembukaan Olimpiade digelar pada 23 Juli.

Sebanyak 49,3 persen responden mengatakan kirab obor Olimpiade harus dibatalkan di daerah yang mengalami angka kasus COVID-19 yang parah, sementara 35,9 persen mengatakan harus total dibatalkan.

Olimpiade Tokyo ditunda Maret tahun lalu karena krisis kesehatan global yang hanya dua hari sebelum kirab obor dijadwalkan dimulai.

Baca juga: Survei: 70 persen orang Jepang ingin Olimpiade dibatalkan atau ditunda

Pewarta : Arindra Meodia
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Leani terima bonus Rp13,5 miliar

17 September 2021 14:31 WIB, 2021