Harga pakan naik, peternak ayam di Boyolali terancam gulung tikar
Jumat, 3 September 2021 14:45 WIB
Seorang peternak ayam petelur saat mengecek produksi telur di peternakan ayam Dukuh Ringin Sari, Desa Penggung, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (3/9/2021). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto
Boyolali (ANTARA) - Peternak ayam petelur di Desa Penggung, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada masa pendemi saat ini mengeluh naiknya harga pakan ternak yang bisa berdampak kerugian bagi para peternak.
Bangkit Yoga Pratama, salah satu peternak ayam petelur di Dukuh Ringin Desa Penggung Boyolali, Jumat, mengatakan naiknya harga pakan ternak tidak diimbangi harga telur di tingkati peternak tetap stabil kisaran Rp16.000/kilogram.
Bahkan, kata Yoga, harga telur ayam di tingkat peternak justru berpotensi terus menurun, menyebabkan kondisi para peternak ayam petelur terancam rugi dan bisa gulung tikar.
Baca juga: Pemkab Banyumas dorong petani jagung bersinergi dengan peternak ayam
Dia mengatakan harga pakan ayam yang sudah jadi atau campuran semenjak pandemi mengalami kenaikan kisaran Rp6.250/kg hingga Rp6.500/kg. Padahal, pakan ternak ayam sebelumnya rata-rata dijual Rp5.000/kg. Kenaikan itu, membuat biaya operasional untuk pakan membengkak.
Bahkan, harga jagung pipilan untuk campuran pakan ternak yang biasanya dijual Rp4.000/kg kini naik menjadi Rp6.000/kg. Dampak naiknya harga pakan ini, akan berpengaruh dengan biaya produksi sekitar 70 persen.
"Harga telur dari peternak ke tengkulak justru stabil kisaran Rp16.000/kg. Bahkan, ada indikasi bahwa harga jual itu mengalami penurunan lagi. Kondisi ini tentu saja membuat peternak terancam mengalami kerugian," kata Yoga.
Dia menjelaskan jika dihitung setiap harinya peternakannya memerlukan sekitar 990 kilogram pakan untuk 9.000 ekor ayam, sehingga rata-rata menghabiskan biaya mencapai Rp6.435.000 per hari. Sementara, telur yang dihasilkan setiap harinya kisaran 5 kuintal sehingga penghasilan mencapai Rp8.000.000 per hari.
"Peternak masih mendapat untung, tetapi hanya tipis. Kalau harga jualnya turun lagi bisa merugi," katanya.
Selain itu, kata dia, diperparah dengan pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap harga telur menjadi sulit diprediksi. Bahkan, setiap harinya kerap terjadi fluktuasi harga setelah pukul 12.00 WIB.
Kendati demikian, pihaknya berharap pemerintah ada menyubsidi pakan ternak terutama komoditas jagung. Jadi harga jagung bisa kembali normal, sehingga harga pokok penjualan kepada peternak bisa turun, sehingga peternak dalam menghadapi pandemi seperti ini masih bisa bertahan.
Sementara itu, harga telur ayam yang dijual di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Boyolali, hingga Jumat ini rata-rata antara Rp18.000/kg hingga Rp19.000/kg.
Baca juga: Peternak ayam kesulitan jual hasil panen pada masa PPKM
Bangkit Yoga Pratama, salah satu peternak ayam petelur di Dukuh Ringin Desa Penggung Boyolali, Jumat, mengatakan naiknya harga pakan ternak tidak diimbangi harga telur di tingkati peternak tetap stabil kisaran Rp16.000/kilogram.
Bahkan, kata Yoga, harga telur ayam di tingkat peternak justru berpotensi terus menurun, menyebabkan kondisi para peternak ayam petelur terancam rugi dan bisa gulung tikar.
Baca juga: Pemkab Banyumas dorong petani jagung bersinergi dengan peternak ayam
Dia mengatakan harga pakan ayam yang sudah jadi atau campuran semenjak pandemi mengalami kenaikan kisaran Rp6.250/kg hingga Rp6.500/kg. Padahal, pakan ternak ayam sebelumnya rata-rata dijual Rp5.000/kg. Kenaikan itu, membuat biaya operasional untuk pakan membengkak.
Bahkan, harga jagung pipilan untuk campuran pakan ternak yang biasanya dijual Rp4.000/kg kini naik menjadi Rp6.000/kg. Dampak naiknya harga pakan ini, akan berpengaruh dengan biaya produksi sekitar 70 persen.
"Harga telur dari peternak ke tengkulak justru stabil kisaran Rp16.000/kg. Bahkan, ada indikasi bahwa harga jual itu mengalami penurunan lagi. Kondisi ini tentu saja membuat peternak terancam mengalami kerugian," kata Yoga.
Dia menjelaskan jika dihitung setiap harinya peternakannya memerlukan sekitar 990 kilogram pakan untuk 9.000 ekor ayam, sehingga rata-rata menghabiskan biaya mencapai Rp6.435.000 per hari. Sementara, telur yang dihasilkan setiap harinya kisaran 5 kuintal sehingga penghasilan mencapai Rp8.000.000 per hari.
"Peternak masih mendapat untung, tetapi hanya tipis. Kalau harga jualnya turun lagi bisa merugi," katanya.
Selain itu, kata dia, diperparah dengan pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap harga telur menjadi sulit diprediksi. Bahkan, setiap harinya kerap terjadi fluktuasi harga setelah pukul 12.00 WIB.
Kendati demikian, pihaknya berharap pemerintah ada menyubsidi pakan ternak terutama komoditas jagung. Jadi harga jagung bisa kembali normal, sehingga harga pokok penjualan kepada peternak bisa turun, sehingga peternak dalam menghadapi pandemi seperti ini masih bisa bertahan.
Sementara itu, harga telur ayam yang dijual di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Boyolali, hingga Jumat ini rata-rata antara Rp18.000/kg hingga Rp19.000/kg.
Baca juga: Peternak ayam kesulitan jual hasil panen pada masa PPKM
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pemkot Pekalongan dirikan demplot peternakan ayam petelur dukung setop stunting
16 November 2023 9:00 WIB, 2023
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB