Perlu kekompakan jadikan Mangkunegaran lebih "kuncoro"
Rabu, 6 Oktober 2021 16:18 WIB
Dokumentasi GPH Paundrakarna dan GPH Bhre Cakrahutama bersama KRMH Roy Rahajasa Yamin (tengah). ANTARA/Instagram/@bambangsujarwanto/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Salah satu kerabat Keraton Mangkunegaran, KRTH Hartono Wicitrokusumo, menyatakan perlu kekompakan untuk menjadikan Istana Mangkunegaran di Surakarta, Jawa Tengah, lebih kuncoro atau hebat.
Mantan Ketua Himpunan Keluarga Mangkunegaran (HKMN) Pusat itu, di Solo, Rabu, mengatakan hal-hal itu termasuk mengenai suksesi Mangkunegaran, perlu ada kekompakan dari tiga nama yang muncul untuk menggantikan Adipati Mangkunegara IX atau Gusti Jiwo.
Dari tiga nama itu, dua di antaranya merupakan putra Gusti Jiwo, yakni GPH Paundrakarna dan GPH Bhre Cakrahutama, sedangkan yang satu lagi adalah cucu dari Adipati Mangkunegara VIII, yakni KRMH Roy Rahajasa Yamin.
Baca juga: Kerabat mulai bicarakan suksesi Mangkunegaran Surakarta
Terkait munculnya nama Yamin, Wicitrokusumo menyatakan itu sosok ideal sebagai pengganti Gusti Jiwo. Bahkan, katanya, saat Gusti Jiwo masih hidup, Yamin memiliki kedekatan tersendiri dengan pemimpin Keraton Mangkunegaran.
"Pak Roy sudah aktif sejak Mangkunegara VIII masih jumeneng (memimpin). Salah satunya Pak Roy ditunjuk sebagai pimpinan pada kirab pusaka setiap malam 1 Muharram," katanya.
Selain itu, Yamin juga menjadi salah satu tokoh di Yayasan Suryo Sumirat. "Kalau dilihat dari idealnya, Mas Roy ini memenuhi syarat. Beliau punya jiwa kepemimpinan, aktif di lingkungan Mangkunegaran sejak dulu," katanya.
Mengenai suksesi di Keraton Mangkunegaran, kata dia, hak sepenuhnya dari keluarga inti Mangkunegaran. "Keluarga inti ini ya keturunan langsung mulai dari Mangkunegara I hingga IX," katanya.
Sementara itu, yang perlu menjadi perhatian adalah ketiga nama tersebut harus dipastikan kesanggupannya dalam memimpin Istana Mangkunegaran. "Apa ketiga-tiganya sudah pernah ditanya kesanggupannya (dalam memimpin Istana Mangkunegaran), karena tanggung jawabnya besar," katanya.
Wicitrokusumo mengatakan salah satu tugas berat yang pernah diselesaikan Gusti Jiwo dan harus diteladani penerusnya adalah menjadikan Pura Mangkunegaran sebagai pusat budaya nasional yang hingga saat ini masih berhasil eksis.
"Selain itu juga mempersatukan kerabat. Oleh karena itu, kalau tiga-tiganya ini bisa tetap bersatu maka akan sangat bagus. Kalau untuk pembagiannya 'monggo' (silahkan disepakati)," katanya.
Ia menyoroti saat ini salah satu yang belum ada di Istana Mangkunegaran adalah keberadaan patih. Ia mengatakan keberadaan patih sangat penting untuk menjadi badan eksekutif di istana tersebut.
"Kalau ada kan akan lebih hebat, jadi segala urusan tidak hanya ditangani oleh Mangkunegara. Termasuk masalah revitalisasi, perpustakaan di Mangkunegaran isinya sedemikian hebat, jika ada revitalisasi kelembagaan maka akan lebih baik," katanya.
Mantan Ketua Himpunan Keluarga Mangkunegaran (HKMN) Pusat itu, di Solo, Rabu, mengatakan hal-hal itu termasuk mengenai suksesi Mangkunegaran, perlu ada kekompakan dari tiga nama yang muncul untuk menggantikan Adipati Mangkunegara IX atau Gusti Jiwo.
Dari tiga nama itu, dua di antaranya merupakan putra Gusti Jiwo, yakni GPH Paundrakarna dan GPH Bhre Cakrahutama, sedangkan yang satu lagi adalah cucu dari Adipati Mangkunegara VIII, yakni KRMH Roy Rahajasa Yamin.
Baca juga: Kerabat mulai bicarakan suksesi Mangkunegaran Surakarta
Terkait munculnya nama Yamin, Wicitrokusumo menyatakan itu sosok ideal sebagai pengganti Gusti Jiwo. Bahkan, katanya, saat Gusti Jiwo masih hidup, Yamin memiliki kedekatan tersendiri dengan pemimpin Keraton Mangkunegaran.
"Pak Roy sudah aktif sejak Mangkunegara VIII masih jumeneng (memimpin). Salah satunya Pak Roy ditunjuk sebagai pimpinan pada kirab pusaka setiap malam 1 Muharram," katanya.
Selain itu, Yamin juga menjadi salah satu tokoh di Yayasan Suryo Sumirat. "Kalau dilihat dari idealnya, Mas Roy ini memenuhi syarat. Beliau punya jiwa kepemimpinan, aktif di lingkungan Mangkunegaran sejak dulu," katanya.
Mengenai suksesi di Keraton Mangkunegaran, kata dia, hak sepenuhnya dari keluarga inti Mangkunegaran. "Keluarga inti ini ya keturunan langsung mulai dari Mangkunegara I hingga IX," katanya.
Sementara itu, yang perlu menjadi perhatian adalah ketiga nama tersebut harus dipastikan kesanggupannya dalam memimpin Istana Mangkunegaran. "Apa ketiga-tiganya sudah pernah ditanya kesanggupannya (dalam memimpin Istana Mangkunegaran), karena tanggung jawabnya besar," katanya.
Wicitrokusumo mengatakan salah satu tugas berat yang pernah diselesaikan Gusti Jiwo dan harus diteladani penerusnya adalah menjadikan Pura Mangkunegaran sebagai pusat budaya nasional yang hingga saat ini masih berhasil eksis.
"Selain itu juga mempersatukan kerabat. Oleh karena itu, kalau tiga-tiganya ini bisa tetap bersatu maka akan sangat bagus. Kalau untuk pembagiannya 'monggo' (silahkan disepakati)," katanya.
Ia menyoroti saat ini salah satu yang belum ada di Istana Mangkunegaran adalah keberadaan patih. Ia mengatakan keberadaan patih sangat penting untuk menjadi badan eksekutif di istana tersebut.
"Kalau ada kan akan lebih hebat, jadi segala urusan tidak hanya ditangani oleh Mangkunegara. Termasuk masalah revitalisasi, perpustakaan di Mangkunegaran isinya sedemikian hebat, jika ada revitalisasi kelembagaan maka akan lebih baik," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kirab 1 Sura Pura Mangkunegaran perpanjang rutenya hingga Jalan Slamet Riyadi
28 June 2024 15:46 WIB