Luhut pastikan Pfizer investasi di Indonesia
Rabu, 17 November 2021 16:08 WIB
Logo Pfizer terefleksi pada tetesan cairan jarum suntik sebagai ilustrasi vaksin COVID-19. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) akan berinvestasi di sejumlah bidang di Indonesia, khususnya terkait penanganan pandemi COVID-19.
Luhut sendiri telah melakukan penjajakan ke Pfizer dan Merck, yang saat ini tercatat telah memproduksi obat COVID-19.
"Tadi pagi saya bicara dengan Pfizer, 4 hari yang lalu dengan Merck. Mereka ternyata mau masuk ke Indonesia. Selama ini mereka katakan, 'Ya kita sulit'. Maka saya dengan Pak Budi (Menteri Kesehatan) sampaikan agar mereka (Pfizer) pokoknya taruh sini saja. Kami sepakat ada berapa bidang teknologi Pfizer akan masuk di Indonesia," ungkapnya dalam webinar yang digelar ITS secara daring di Jakarta, Rabu.
Luhut berharap mulai tahun depan sudah akan ada sejumlah industri yang dikembangkan Pfizer di dalam negeri.
"Kita harap mulai tahun depan akan ada industri-industri dari Pfizer lebih banyak di Indonesia," pungkasnya.
Pfizer sendiri telah hadir di Indonesia sejak 1969 silam, hingga kemudian meresmikan fasilitas pabrik pertamanya di tahun 1971. Saat ini, Pfizer Indonesia mengoperasikan fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat medis guna memenuhi kebutuhan dalam negeri serta negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya, Luhut menegaskan pemerintah sangat agresif mendorong agar para produsen obat dan vaksin untuk bisa berinvestasi di Tanah Air.
"Mengenai obat ini, dan vaksin, pemerintah kita sangat agresif. Saya terlibat di dalamnya dan saya kira, pembicaraan dengan Merck dan Pfizer itu sudah sangat maju. Insya Allah kita dapat dan kita berhara bahwa itu harus ada pabriknya di dalam negeri sehingga kita tidak jadi importir saja tapi kita jadi producer (produsen)," katanya.
Merck sendiri merupakan produsen obat Molnupiravir antivirus COVID-19. Sementara itu, perusahaan farmasi Pfizer juga telah mengumumkan hasil uji klinis obat oral COVID-19, yaitu Paxlovid.
Luhut mengingatkan agar negara sebesar Indonesia tidak boleh hanya jadi importir obat-obatan. Ia menekankan begitu lemahnya posisi Indonesia ketika tidak bisa mendapat pasokan obat karena India kala itu diblok.
Demikian pula saat Indonesia tidak bisa mendapatkan pasokan vaksin Astra-Zeneca dari India padahal sudah menandatangani kontrak.
"Kita sudah ngalamin kemarin kasus kita bagaimana sakitnya kita tidak bisa dapatkan paracetamol karena India diblok. Sakitnya bagaimana kita, sudah tanda tangan kontrak untuk dapatkan Astra-Zeneca ditahan oleh India. Jadi ini pengalaman-pengalaman pahit yang harus kita selesaikan," katanya kala itu.
Luhut sendiri telah melakukan penjajakan ke Pfizer dan Merck, yang saat ini tercatat telah memproduksi obat COVID-19.
"Tadi pagi saya bicara dengan Pfizer, 4 hari yang lalu dengan Merck. Mereka ternyata mau masuk ke Indonesia. Selama ini mereka katakan, 'Ya kita sulit'. Maka saya dengan Pak Budi (Menteri Kesehatan) sampaikan agar mereka (Pfizer) pokoknya taruh sini saja. Kami sepakat ada berapa bidang teknologi Pfizer akan masuk di Indonesia," ungkapnya dalam webinar yang digelar ITS secara daring di Jakarta, Rabu.
Luhut berharap mulai tahun depan sudah akan ada sejumlah industri yang dikembangkan Pfizer di dalam negeri.
"Kita harap mulai tahun depan akan ada industri-industri dari Pfizer lebih banyak di Indonesia," pungkasnya.
Pfizer sendiri telah hadir di Indonesia sejak 1969 silam, hingga kemudian meresmikan fasilitas pabrik pertamanya di tahun 1971. Saat ini, Pfizer Indonesia mengoperasikan fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat medis guna memenuhi kebutuhan dalam negeri serta negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya, Luhut menegaskan pemerintah sangat agresif mendorong agar para produsen obat dan vaksin untuk bisa berinvestasi di Tanah Air.
"Mengenai obat ini, dan vaksin, pemerintah kita sangat agresif. Saya terlibat di dalamnya dan saya kira, pembicaraan dengan Merck dan Pfizer itu sudah sangat maju. Insya Allah kita dapat dan kita berhara bahwa itu harus ada pabriknya di dalam negeri sehingga kita tidak jadi importir saja tapi kita jadi producer (produsen)," katanya.
Merck sendiri merupakan produsen obat Molnupiravir antivirus COVID-19. Sementara itu, perusahaan farmasi Pfizer juga telah mengumumkan hasil uji klinis obat oral COVID-19, yaitu Paxlovid.
Luhut mengingatkan agar negara sebesar Indonesia tidak boleh hanya jadi importir obat-obatan. Ia menekankan begitu lemahnya posisi Indonesia ketika tidak bisa mendapat pasokan obat karena India kala itu diblok.
Demikian pula saat Indonesia tidak bisa mendapatkan pasokan vaksin Astra-Zeneca dari India padahal sudah menandatangani kontrak.
"Kita sudah ngalamin kemarin kasus kita bagaimana sakitnya kita tidak bisa dapatkan paracetamol karena India diblok. Sakitnya bagaimana kita, sudah tanda tangan kontrak untuk dapatkan Astra-Zeneca ditahan oleh India. Jadi ini pengalaman-pengalaman pahit yang harus kita selesaikan," katanya kala itu.
Pewarta : Ade irma Junida
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Luhut: Indonesia dan Inggris berencana bangun rantai suplai baterai EV
24 November 2021 13:38 WIB, 2021
Haris Azhar penuhi panggilan polisi terkait laporan Luhut B. Panjaitan
22 November 2021 14:32 WIB, 2021