Prof Yahya Muhaimin meninggal dunia karena sakit
Rabu, 9 Februari 2022 15:35 WIB
Mantan Mendiknas Yahya Muahimin meninggal dunia pada 9 Februari 2022 di Purwokerto. ANTARA/HO-Ditjen GTK Kemendikbudristek.
Purwokerto (ANTARA) - Keluarga Prof. Yahya Muhaimin menyatakan mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) itu meninggal dunia karena sakit sindrom geriatri setelah mendapat perawatan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Saat memberi keterangan pers di Unit Geriatri RSMS Purwokerto, Rabu, salah seorang menantu Prof. Yahya Muhaimin, dr. Anton Budhi Darmawan, Sp.THT-KL mengatakan mantan Mendiknas era Gus Dur itu meninggal dunia pada pukul 10.10 WIB
"Telah berpulang ke Rahmatullah, ayah kami, mertua kami, pada usia 78 tahun, hari ini Rabu (9/2), tadi kurang lebih pukul 10.10 WIB, beliau sakit, sudah dirawat di sini kurang lebih 10 hari," kata dia yang juga dokter di RSMS Purwokerto.
Menurut dia, almarhum Yahya Muhaimin diketahui sakit sindrom geriatri karena sudah berusia lanjut.
Sebelum dimakamkan di kampung halamannya, kata dia, jenazah almarhum Yahya Muhaimin akan langsung dibawa ke rumah duka di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, untuk memberi kesempatan kepada kerabat yang ingin memberikan penghormatan terakhir dengan melaksanakan shalat jenazah.
"Almarhum akan dimakamkan di Pemakaman Kalierang, Bumiayu, satu kompleks dengan makam orang tua beliau," katanya didampingi Pelaksana Tugas Direktur RSMS Purwokerto dr. Untung Gunarto, Sp.S., M.M.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyumas M. Djohar mengatakan Keluarga Besar Muhammadiyah Banyumas turut berbelasungkawa atas meninggalnya Prof. Yahya Muhaimin.
"Kami atas nama Keluarga Besar Muhammadiyah Banyumas ikut belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga semua amal ibadah almarhum diterima dan diampuni semua dosanya. Kami merasa kehilangan seorang tokoh Muhammadiyah yang sudah banyak berdedikasi di Muhammadiyah maupun di lingkungan umat serta bangsa," katanya.
Ia mengatakan almarhum Prof Yahya Muhaimin tidak sekadar kader persyarikatan, juga kader umat dan bangsa.
Menurut dia, hal itu karena jabatan yang diemban Prof Yahya Muhaimin baik di tingkat nasional maupun regional.
"Saya tahu persis, beliau pernah berkunjung ke rumah dan sekolah saya waktu saya dinas di Sekolah Indonesia Cairo, Mesir, dan banyak memberikan motivasi kepada para siswa di luar negeri maupun guru-guru untuk selalu berprestasi serta selalu mencintai NKRI. Jadi, nasionalismenya luar biasa," kata mantan Kepala Sekolah Indonesia Cairo itu.
Prof. Yahya Muhaimin merupakan anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005 dan menjabat sebagai Mendiknas pada tahun 1999-2001.
Selain menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Yahya Muhaimin merintis dan mengembangkan pendidikan di tempat kelahirannya, Bumiayu, Kabupaten Brebes. Bahkan sempat menjadi Rektor Universitas Peradaban Bumiayu. *
Saat memberi keterangan pers di Unit Geriatri RSMS Purwokerto, Rabu, salah seorang menantu Prof. Yahya Muhaimin, dr. Anton Budhi Darmawan, Sp.THT-KL mengatakan mantan Mendiknas era Gus Dur itu meninggal dunia pada pukul 10.10 WIB
"Telah berpulang ke Rahmatullah, ayah kami, mertua kami, pada usia 78 tahun, hari ini Rabu (9/2), tadi kurang lebih pukul 10.10 WIB, beliau sakit, sudah dirawat di sini kurang lebih 10 hari," kata dia yang juga dokter di RSMS Purwokerto.
Menurut dia, almarhum Yahya Muhaimin diketahui sakit sindrom geriatri karena sudah berusia lanjut.
Sebelum dimakamkan di kampung halamannya, kata dia, jenazah almarhum Yahya Muhaimin akan langsung dibawa ke rumah duka di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, untuk memberi kesempatan kepada kerabat yang ingin memberikan penghormatan terakhir dengan melaksanakan shalat jenazah.
"Almarhum akan dimakamkan di Pemakaman Kalierang, Bumiayu, satu kompleks dengan makam orang tua beliau," katanya didampingi Pelaksana Tugas Direktur RSMS Purwokerto dr. Untung Gunarto, Sp.S., M.M.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyumas M. Djohar mengatakan Keluarga Besar Muhammadiyah Banyumas turut berbelasungkawa atas meninggalnya Prof. Yahya Muhaimin.
"Kami atas nama Keluarga Besar Muhammadiyah Banyumas ikut belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga semua amal ibadah almarhum diterima dan diampuni semua dosanya. Kami merasa kehilangan seorang tokoh Muhammadiyah yang sudah banyak berdedikasi di Muhammadiyah maupun di lingkungan umat serta bangsa," katanya.
Ia mengatakan almarhum Prof Yahya Muhaimin tidak sekadar kader persyarikatan, juga kader umat dan bangsa.
Menurut dia, hal itu karena jabatan yang diemban Prof Yahya Muhaimin baik di tingkat nasional maupun regional.
"Saya tahu persis, beliau pernah berkunjung ke rumah dan sekolah saya waktu saya dinas di Sekolah Indonesia Cairo, Mesir, dan banyak memberikan motivasi kepada para siswa di luar negeri maupun guru-guru untuk selalu berprestasi serta selalu mencintai NKRI. Jadi, nasionalismenya luar biasa," kata mantan Kepala Sekolah Indonesia Cairo itu.
Prof. Yahya Muhaimin merupakan anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005 dan menjabat sebagai Mendiknas pada tahun 1999-2001.
Selain menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof. Yahya Muhaimin merintis dan mengembangkan pendidikan di tempat kelahirannya, Bumiayu, Kabupaten Brebes. Bahkan sempat menjadi Rektor Universitas Peradaban Bumiayu. *
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024