Banyumas (ANTARA) - Penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di berbagai wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melaksanakan Shalat Idul Fitri 1443 Hijriah pada hari Rabu.

Dari pantauan di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, ratusan penganut Islam Aboge melaksanakan Shalat Idul Fitri di Masjid Jami Baitussalam (Masjid Saka Tunggal, red.). 

Tidak seperti biasanya, imam shalat kali ini Kiai Sopani selaku imam. Biasanya yang bertindak sebagai imam adalah Kiai Sulam yang merupakan juru kunci Masjid Jami Baitussalam.

Sementara itu, khotbah disampaikan oleh Sudar yang bertindak sebagai khatib. Dalam khotbahnya, ia menyampaikan konsep iman dan Islam dalam rangka menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk menuju kebaikan.

Usai menjalankan Shalat Idul Fitri yang dilanjutkan dengan mendengarkan khotbah, seluruh jamaah berdiri di tempat masing-masing untuk saling bersalam-salaman dengan melantunkan salawat berlanggam Jawa.

Selanjutnya, jamaah Shalat Id berkumpul di halaman masjid untuk bersilaturahmi bersama seluruh warga termasuk yang telah melaksanakan Shalat Id pada hari Senin (2/5).

Rangkaian silaturahmi diakhiri dengan kenduri atau makan bersama di dalam masjid. Hidangan yang disantap merupakan makanan yang dibawa jamaah dari rumah masing-masing.

Saat ditemui di rumahnya, Juru Kunci Masjid Jami Baitussalam Kiai Sulam mengaku tidak bisa bertindak sebagai imam saat Shalat Id karena sakit dan sebagai penggantinya adalah Kiai Sopani yang merupakan juru kunci sebelumnya.

"Tadi yang bertindak sebagai imam adalah ayah saya, Pak Sopani. Saya sedang kurang sehat," katanya.

Ia mengharapkan dengan adanya Shalat Id dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang berdasarkan kalender Aboge merupakan tahun Alif, terjadi peningkatan nilai peribadatan yang lebih dalam keimanan dan keislaman.

Sulam juga mengharapkan dari kegiatan tersebut ada hal-hal yang lebih dalam konsep kebersamaan, beragama, dan bermasyarakat.

Menurut dia, jamaah Aboge di Desa Cikakak cukup banyak dan tersebar di hampir seluruh penjuru desa, sedangkan yang melaksanakan Shalat Id di Masjid Jami Baitussalam sekitar 500 orang.

Penganut Islam Aboge memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan tanggal 1 Syawal maupun peringatan Hari Besar Islam lainnya.

Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za/Je, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi) dan Pahing.

Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).

Penganut Islam Aboge meyakini tahun 1443 Hijriah merupakan tahun Alif, sehingga tanggal 1 Muharam jatuh pada Rabu Wage (hari Rabu dengan pasaran Wage) yang selanjutnya patokan atau hari pertama dan pasaran pertama pada tahun tersebut.

Dalam menentukan tanggal perayaan hari-hari besar agama Islam, penganut Aboge memiliki rumusan tersendiri yang mengacu pada hitungan sesuai tahun berjalan. Misalnya Donemro/Sanemro (Ramadhan/Puasa jatuh pada hari keenam pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan serta Waljiro (Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Syawal.

Berdasarkan rumusan tersebut, tanggal 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Senin Kliwon, 4 April 2022. Sementara untuk 1 Syawal 1443 Hijriah jatuh pada Rabu Kliwon, 4 Mei 2022. ***3***