Penganut Islam Aboge hormati perbedaan penetapan 1 Syawal
Rabu, 4 Mei 2022 9:48 WIB
Penganut Islam Aboge bersilaturahmi dengan warga usai melaksanakan Shalat Id di Masjid Jami Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Rabu (4/5/2022). ANTARA/Sumarwoto
Banyumas (ANTARA) - Penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, khususnya yang bermukim di Desa Cikakak menghormati perbedaan penetapan 1 Syawal 1443 Hijriah.
"Bagi kami tidak masalah dengan adanya perbedaan ini karena tujuannya hanya satu, keimanan kepada Allah SWT," kata salah seorang penganut Islam Aboge, Nasiyah (57) usai melaksanakan Shalat Idul Fitri 1443 H di Masjid Jami Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Rabu.
Dalam hal ini, penganut Islam Aboge di berbagai daerah termasuk Kabupaten Banyumas merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah pada hari Rabu (4/5) atau selang dua hari dari tanggal yang ditetapkan pemerintah, yakni Senin (2/5).
Nasiyah mengatakan kalender Aboge yang digunakan sebagian besar umat Islam di Desa Cikakak merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
"Ini kan warisan orang tua sehingga kami ikuti," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika tidak semua anggota keluarganya menjadi penganut atau jamaah Islam Aboge.
Menurut dia, ada beberapa anggota keluarganya yang melaksanakan Shalat Id pada hari Senin (2/5) seperti yang ditetapkan pemerintah.
"Semuanya baik, yang (melaksanakan Shalat Id) kemarin juga baik, yang pun baik," katanya.
Sesepuh Islam Aboge Desa Cikakak, Kiai Sulam mengharapkan dengan adanya Shalat Id dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang berdasarkan kalender Aboge merupakan tahun Alif, terjadi peningkatan nilai peribadatan yang lebih dalam keimanan dan keislaman.
"Dari kegiatan tersebut, saya juga berharap ada hal-hal yang lebih dalam konsep kebersamaan, beragama, dan bermasyarakat," kata Juru Kunci Masjid Jami Baitussalam itu.
Warga lainnya, Irawan (51) mengaku sengaja datang ke Masjid Jami Baitussalam meskipun telah melaksanakan Shalat Id pada hari Senin (2/5).
Menurut dia, hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada warga yang baru merayakan Idul Fitri pada hari Rabu (4/5).
"Orang tua saya asli sini (Desa Cikakak, red.) dan secara turun-temurun ikuti hitungan Aboge. Kalau saya sekarang tinggal di Bandung, hitungan puasa dan Idul Fitri ikut tanggal yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Terkait dengan adanya perbedaan tersebut, dia berpendapat jika sebaiknya masyarakat mengikuti penetapan dari pemerintah.
Namun karena kalender Aboge telah diyakini secara turun-temurun, kata dia, hingga saat ini masih banyak generasi muda yang mengikutinya.
"Jadi, ini sebagai toleransi. Meskipun saya sudah melaksanakan Shalat Id kemarin, hari ini saya datang ke sini untuk silaturahmi karena ramainya (perayaan Idul Fitri di Cikakak, red.) sekarang," kata Irawan.
Penganut Islam Aboge memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan tanggal 1 Syawal maupun peringatan Hari Besar Islam lainnya.
Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za/Je, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi) dan Pahing.
Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
Penganut Islam Aboge meyakini tahun 1443 Hijriah merupakan tahun Alif, sehingga tanggal 1 Muharam jatuh pada Rabu Wage (hari Rabu dengan pasaran Wage) yang selanjutnya patokan atau hari pertama dan pasaran pertama pada tahun tersebut.
Dalam menentukan tanggal perayaan hari-hari besar agama Islam, penganut Aboge memiliki rumusan tersendiri yang mengacu pada hitungan sesuai tahun berjalan, misalnya Donemro/Sanemro (Ramadhan/Puasa jatuh pada hari keenam pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan serta Waljiro (Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Berdasarkan rumusan tersebut, tanggal 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Senin Kliwon, 4 April 2022. Sementara untuk 1 Syawal 1443 Hijriah jatuh pada Rabu Kliwon, 4 Mei 2022. ***3***
"Bagi kami tidak masalah dengan adanya perbedaan ini karena tujuannya hanya satu, keimanan kepada Allah SWT," kata salah seorang penganut Islam Aboge, Nasiyah (57) usai melaksanakan Shalat Idul Fitri 1443 H di Masjid Jami Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Rabu.
Dalam hal ini, penganut Islam Aboge di berbagai daerah termasuk Kabupaten Banyumas merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah pada hari Rabu (4/5) atau selang dua hari dari tanggal yang ditetapkan pemerintah, yakni Senin (2/5).
Nasiyah mengatakan kalender Aboge yang digunakan sebagian besar umat Islam di Desa Cikakak merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
"Ini kan warisan orang tua sehingga kami ikuti," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika tidak semua anggota keluarganya menjadi penganut atau jamaah Islam Aboge.
Menurut dia, ada beberapa anggota keluarganya yang melaksanakan Shalat Id pada hari Senin (2/5) seperti yang ditetapkan pemerintah.
"Semuanya baik, yang (melaksanakan Shalat Id) kemarin juga baik, yang pun baik," katanya.
Sesepuh Islam Aboge Desa Cikakak, Kiai Sulam mengharapkan dengan adanya Shalat Id dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang berdasarkan kalender Aboge merupakan tahun Alif, terjadi peningkatan nilai peribadatan yang lebih dalam keimanan dan keislaman.
"Dari kegiatan tersebut, saya juga berharap ada hal-hal yang lebih dalam konsep kebersamaan, beragama, dan bermasyarakat," kata Juru Kunci Masjid Jami Baitussalam itu.
Warga lainnya, Irawan (51) mengaku sengaja datang ke Masjid Jami Baitussalam meskipun telah melaksanakan Shalat Id pada hari Senin (2/5).
Menurut dia, hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada warga yang baru merayakan Idul Fitri pada hari Rabu (4/5).
"Orang tua saya asli sini (Desa Cikakak, red.) dan secara turun-temurun ikuti hitungan Aboge. Kalau saya sekarang tinggal di Bandung, hitungan puasa dan Idul Fitri ikut tanggal yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Terkait dengan adanya perbedaan tersebut, dia berpendapat jika sebaiknya masyarakat mengikuti penetapan dari pemerintah.
Namun karena kalender Aboge telah diyakini secara turun-temurun, kata dia, hingga saat ini masih banyak generasi muda yang mengikutinya.
"Jadi, ini sebagai toleransi. Meskipun saya sudah melaksanakan Shalat Id kemarin, hari ini saya datang ke sini untuk silaturahmi karena ramainya (perayaan Idul Fitri di Cikakak, red.) sekarang," kata Irawan.
Penganut Islam Aboge memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan tanggal 1 Syawal maupun peringatan Hari Besar Islam lainnya.
Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za/Je, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi) dan Pahing.
Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
Penganut Islam Aboge meyakini tahun 1443 Hijriah merupakan tahun Alif, sehingga tanggal 1 Muharam jatuh pada Rabu Wage (hari Rabu dengan pasaran Wage) yang selanjutnya patokan atau hari pertama dan pasaran pertama pada tahun tersebut.
Dalam menentukan tanggal perayaan hari-hari besar agama Islam, penganut Aboge memiliki rumusan tersendiri yang mengacu pada hitungan sesuai tahun berjalan, misalnya Donemro/Sanemro (Ramadhan/Puasa jatuh pada hari keenam pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan serta Waljiro (Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Berdasarkan rumusan tersebut, tanggal 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Senin Kliwon, 4 April 2022. Sementara untuk 1 Syawal 1443 Hijriah jatuh pada Rabu Kliwon, 4 Mei 2022. ***3***
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024