"Hari ini sudah disetujui karena kemarin saya di Makassar bertemu Mentan untuk membuka pelabuhan hortikultura," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Jumat.
Ganjar mengungkapkan, selama ini aktivitas ekspor impor Jawa Tengah dilakukan dari wilayah terdekat yaitu melalui Surabaya, Jawa Timur.
Sejalan dengan proses perizinan yang sudah diberikan, lanjut dia, harmonisasi di tingkat pemerintah dilakukan dengan menyiapkan infrastrukturnya.
"Kalau itu terjadi, neraca perdagangan kita akan naik cepat sekali karena beberapa komoditas ekspor dari Jawa memang terkonsentrasi di Jawa Timur. Dan yang kedua, impor termasuk benih dan sebagainya juga kita ambilnya dari provinsi tetangga. Kalau ini bisa kita kelola, turunannya akan sangat banyak sekali," ujarnya.
Pernyataan orang nomor satu di Jawa Tengah ini sejalan dengan pengesahan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Tentang Tata Kelola dan Pemasaran Ekspor Produk Pertanian, Peternakan, Perikanan dan UMKM dari Komisi B DPRD Jawa Tengah.
Terkait dengan itu, Ganjar siap memfasilitasi sebagai bentuk dukungan kegiatan masyarakat di banyak sektor, salah satunya dengan memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani, nelayan, peternak, hingga pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Termasuk tadi disampaikan ada pendampingan para pelakunya. Ya petaninya, nelayannya, peternaknya, UMKM-nya, jadi sudah 'inline-lah' dan dikuatkan dengan perda menurut saya itu sangat bagus," kata politikus PDIP itu.
Seperti diwartakan, Provinsi Jawa Tengah melakukan sejumlah ekspor di masa pandemi COVID-19. Selama tahun 2021, total ekspor pertanian Jateng ke berbagai negara mencapai Rp11,10 triliun.
Jumlah itu lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya, dimana ekspor pertanian Jateng pada 2019 tercatat Rp8,48 triliun, dan 2020 naik menjadi Rp9,13 triliun.
Selain itu, produk UMKM Jateng juga laku keras di pasar internasional, bahkan penjualan produk pada tahun 2022 mengalami peningkatan hingga 100 persen.