Produsen tahu dan tempe Kudus bersyukur terima subsidi harga kedelai
Kamis, 21 Juli 2022 8:14 WIB
Pekerja di salah satu pabrik tahu di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membuat tahu. Kini pelaku UMKM di bidang usaha tahu dan tempe mendapatkan subsidi harga kedelai. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif.
Kudus (ANTARA) - Seratusan produsen tahu dan tempe di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bersyukur setelah mendapatkan subsidi harga kedelai sebesar Rp1.000 per kilogram dari pemerintah, menyusul masih mahalnya harga kedelai impor saat ini.
"Untuk sementara yang tercatat ada 169 produsen tahu dan tempe yang masuk ke dalam anggota Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kudus yang mendapatkan pengganti harga jual kedelai sebesar Rp1.000/kg," kata Manajer Primkopti Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Rabu.
Ia mengungkapkan program subsidi tersebut untuk mengganti selisih harga jual kedelai impor yang saat ini memang masih tinggi berkisar Rp12.150/kg.
Pencatatan pembelian kedelai yang nantinya mendapatkan subsidi harga, kata dia, dimulai sejak bulan April 2022, sedangkan pencairannya diperkirakan bulan ini.
Besaran subsidi masing-masing produsen tahu dan tempe, imbuh dia, sesuai pembelian kedelai setiap harinya dengan menyesuaikan kebutuhan bahan baku untuk memproduksi tahu maupun tempe.
Suntono, salah satu produsen tempe di Kecamatan Jati, Kudus mengakui dirinya termasuk salah satu yang tercatat mendapatkan subsidi harga kedelai.
"Alhamdulillah ada bantuan dari pemerintah, sehingga meringankan beban perajin tempe maupun tahu karena kenaikan harga jual kedelai menjadi Rp12.000 sudah cukup lama," ujarnya.
Padahal, imbuh dia, harga sebelumnya berkisar Rp6.000/kg, namun secara bertahap terus naik hingga menjadi Rp12.000/kg. Sedangkan kebutuhan kedelai setiap harinya berkisar 120-an kilogram.
Ia memaklumi adanya kenaikan harga komoditas impor tersebut dengan mempertimbangkan berbagai faktor saat ini, namun toleransi kenaikan yang diinginkan berkisar Rp10.000/kg agar dirinya maupun perajin tahu dan tempe lainnya masih bisa untung.
Ia juga berharap ketersediaan komoditas impor tersebut tetap terjaga, meskipun terjadi fluktuasi harga yang hingga kini belum juga turun seperti sebelumnya.
"Untuk sementara yang tercatat ada 169 produsen tahu dan tempe yang masuk ke dalam anggota Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kudus yang mendapatkan pengganti harga jual kedelai sebesar Rp1.000/kg," kata Manajer Primkopti Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf di Kudus, Rabu.
Ia mengungkapkan program subsidi tersebut untuk mengganti selisih harga jual kedelai impor yang saat ini memang masih tinggi berkisar Rp12.150/kg.
Pencatatan pembelian kedelai yang nantinya mendapatkan subsidi harga, kata dia, dimulai sejak bulan April 2022, sedangkan pencairannya diperkirakan bulan ini.
Besaran subsidi masing-masing produsen tahu dan tempe, imbuh dia, sesuai pembelian kedelai setiap harinya dengan menyesuaikan kebutuhan bahan baku untuk memproduksi tahu maupun tempe.
Suntono, salah satu produsen tempe di Kecamatan Jati, Kudus mengakui dirinya termasuk salah satu yang tercatat mendapatkan subsidi harga kedelai.
"Alhamdulillah ada bantuan dari pemerintah, sehingga meringankan beban perajin tempe maupun tahu karena kenaikan harga jual kedelai menjadi Rp12.000 sudah cukup lama," ujarnya.
Padahal, imbuh dia, harga sebelumnya berkisar Rp6.000/kg, namun secara bertahap terus naik hingga menjadi Rp12.000/kg. Sedangkan kebutuhan kedelai setiap harinya berkisar 120-an kilogram.
Ia memaklumi adanya kenaikan harga komoditas impor tersebut dengan mempertimbangkan berbagai faktor saat ini, namun toleransi kenaikan yang diinginkan berkisar Rp10.000/kg agar dirinya maupun perajin tahu dan tempe lainnya masih bisa untung.
Ia juga berharap ketersediaan komoditas impor tersebut tetap terjaga, meskipun terjadi fluktuasi harga yang hingga kini belum juga turun seperti sebelumnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
12 provinsi siaga cuaca ekstrem saat libur Natal dan Tahun Baru 2023
21 December 2022 9:01 WIB, 2022
Kepala Bapenda Semarang tidak tahu kasus dugaan korupsi terkait Iwan Budi
15 September 2022 21:35 WIB, 2022
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Konsumsi listrik kendaraan EV di SPKLU meningkat 500 persen sepanjang Nataru
02 January 2025 11:01 WIB