Semarang (ANTARA) - Banyaknya sampah organik yang dihasilkan di dalam Lapas menjadi perhatian khusus Kanwil Kemenkumham Jateng dan melalui Lapas Kelas IIB Klaten memanfaatkan limbah sampah organik menjadi salah satu bahan untuk membuat pakan ulat magot yang kini sedang dikembangkan oleh warga binaan Lapas Klaten sebagai bentuk sarana pelatihan edukasi.

Bahkan karena kurangnya bahan untuk pembuatan makanan untuk ulat magot dari limbah sampah organik, Lapas Klaten kini mendatangkan sampah organik yang dihasilkan dari luar yaitu diambil dari sampah yang dihasilkan oleh pasar tradisional di sekitar Lapas di antaranya pasar Srago, Pasar Gede, dan Pasar Ngepos.

Sampah yang diambil dan dimanfaatkan di antaranya adalah sampah dari buah buahan, dan sayur sayuran, sampah yang sudah dipilah nantinya akan digiling menjadi bahan makanan ulat magot.

Ilmu pembuatan pembuatan makanan ulat magot sendiri didapatkan dari hasil pelaksanaan pelatihan kemandirian bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pelatihan lanjutan dari budidaya ulat magot.

Kalapas Klaten Ahmad Fauzi mengatakan jika budidaya ulat magot sendiri diperuntukkan sebagai makanan ternak yang kini sedang dikembangkan oleh Lapas Klaten sebagai bentuk pelatihan kemandirian di antaranya ternak ikan Lele, ternak bebek, ternak Kalkun, dan ternak Ayam.

Ahmad Fauzi dalam berbagai kesempatan menyampaikan Lapas Klaten membutuhkan banyak bahan sampah organik untuk pembuatan pakan ulat magot, kita mengelola sampah yang dihasilkan di Lapas tidak cukup makanya kita datangkan dari luar yaitu dari pasar pasar.

"Kami juga berusaha memberikan pelatihan yang berkesinambungan kepada Warga binaan yaitu dari penyiapan bahan makanan sampai dengan pemanfaatan bahan yang sudah jadi. Di satu sisi kami juga memanfaatkan sampah yang ada dan juga menciptakan kebersihan khususnya di Lapas," katanya.