Semarang (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap menyelenggarakan webinar series ke-12 dengan tema Penilaian Diagnostik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.

Kegiatan tersebut diharapkan menjawab pentingnya penilaian diagnostik sebelum siswa memulai kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut dapat membantu guru dalam memetakan kemampuan masing-masing siswa.

Kegiatan digelar secara daring dengan menghadirkan narasumber Training Specialist Tanoto Foundation Roly Cristi Tambunan, hadir juga Koordinator Provinsi Tanoto Foundation Jawa Tengah Nurkolis dan Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Kamto.

Dalam sambutannya, Nurkolis menyampaikan dasar pemilihan topik webinar adalah situasi pendidikan yang cukup mendesak bagi guru untuk melakukan penilaian diagnostik di awal lingkup pembelajaran, awal fase, atau sebelum menyusun modul ajar.

“Namun, banyak pihak yang merasa khawatir tidak dapat melakukan penilaian ini karena istilah penilaian diagnostik seolah-olah dikhususkan bagi Guru Bimbingan Konseling (BK) atau Psikolog,” kata Nurkolis.

Saat ini pemerintah, katanya, telah mengubah nama penilaian diagnostik menjadi penilaian kompetensi awal pembelajaran.

“Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat menyusun RPP atau modul ajar yang berdiferensiasi. Tanpa ada penilaian awal pembelajaran, maka sulit bagi guru untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berbeda untuk siswanya,” tambah Nurkolis.

Kamto mengatakan meski bukan kewajiban guru, ia berharap penilaian diagnostik dapat dilaksanakan sebelum pembelajaran, sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan pengetahuan, serta keterampilan siswa sebelum pembelajaran, sehingga pada saat kegiatan pembelajaran, siswa lebih siap menerima materi.

Sebagai narasumber utama, Roly menyampaikan di dalam kelas terdapat berbagai macam peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Meskipun berada di dalam satu tingkat atau kelas yang sama, peserta didik memiliki proses berpikir dan persepsi yang berbeda terhadap konten yang disampaikan, stabilitas emosional, bahkan langkah-langkah pembelajaran.

“Berangkat dari kondisi keberagaman peserta didik tersebut, kita perlu mendeteksi kondisi diri setiap peserta didik sebelum mulai memberikan pengajaran di kelas,” saran Roly.

Ia menambahkan terdapat dua penilaian diagnostik, yakni penilaian kognitif dan non-kognitif. Informasi mendasar yang diperoleh dari penilaian diagnostik kognitif, yaitu tahapan penguasaan kompetensi literasi dan numerasi yang menjadi kompetensi minimal peserta didik untuk mampu belajar, tingkat pengetahuan awal pada sebuah mata pelajaran, serta cara belajar.

Sementara itu, dari penilaian diagnostik non-kognitif dapat diperoleh informasi lain mengenai profil peserta didik, minat dan bakat, serta kesiapan belajar secara psikologis.

“Manfaat dari penilaian diagnostik ini adalah menyediakan umpan balik yang deskriptif dan akurat bagi peserta didik. Selain itu, juga menyediakan informasi dasar bagi guru untuk menentukan penyesuaian level tantangan pada aktivitas pembelajaran, dan konsep mana yang perlu diajarkan ulang, atau konsep mana yang perlu diajarkan langsung,” kata Roly.

Setelah paparan materi, Roly membuka sesi diskusi secara langsung dengan peserta. Sejumlah peserta yang hadir adalah korwil, pengawas, penilik, kepala PAUD, SD, SMP negeri & swasta, kepala SKB, dan ketua PKBM se-Kabupaten Cilacap.

Selain dari Cilacap, sejumlah peserta dari luar Kabupaten Cilacap juga antusias mengikuti webinar yang digelar tiap bulannya