Pemkab Batang sebut penyakit kulit berbenjol pada ternak sudah mewabah
Rabu, 1 Februari 2023 16:27 WIB
Petugas Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Batang sedang melakukan pengobatan pada hewan ternak yang mengalami gejala penyakit "Lumpy Skin Disease". (ANTARA/HO-Humas Kabupaten Batang)
Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menyebutkan bahwa penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak kini sudah mewabah di daerah itu.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Batang Windu di Batang, Rabu, mengatakan bahwa saat ini sebanyak 108 ternak sapi sudah dinyatakan positif terpapar penyakit kulit infeksius itu.
"Penularan penyakit itu memang cukup cepat. Kasus penyakit ini penyebarannya melalui vektor (perantara) seperti nyamuk, lalat dan jarum suntik, berbeda dengan kasus penyakit mulut dan kuku pada ternak," katanya.
Ia yang didampingi Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Syam Manohara mengatakan bahwa virus LSD bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menular pada manusia.
Adapun kriteria ternak sapi yang terserang virus LSD , kata dia, di antaranya terjadi kerusakan pada kulit hewan dan munculnya banyak benjolan pada kulit hewan.
"Masa inkubasi penyakit akibat virus LSD pada inangnya sekitar 28 hari, lebih lama dari penyakit mulut dan kuku yaitu selama 14 hari," katanya.
Menurut dia, kasus penyakit kulit berbenjol kali pertama ditemukan di Kabupaten Tegal kemudian menyebar ke sejumlah wilayah kabupaten/kota lain.
Tingkat kematian ternak sapi akibat virus LSD ini, kata dia, relatif kecil dibanding dengan penyakit mulut dan kuku.
"Hingga kini, kami belum menemukan adanya ternak sapi yang mati karena terserang penyakit penyakit itu. Bahkan kami mencatat sudah ada 9 ternak sapi yang terserang virus LSD kini sudah sembuh," katanya.
Ia mengatakan pihaknya rutin memberikan obat pada ternak sapi yang terserang LSD seperti pemberian vitamin untuk penguat, obat antidemam, antiparasit, antiradang dan analgesik.
"Ternak sapi yang sudah diberi obat-obatan itu dalam jangka waktu satu bulan bisa sembuh. Benjolan atau ruam seperti cacar air pada kulit ternak akan hilang," katanya.
Baca juga: Kasus penyakit LSD di Boyolali bertambah
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Batang Windu di Batang, Rabu, mengatakan bahwa saat ini sebanyak 108 ternak sapi sudah dinyatakan positif terpapar penyakit kulit infeksius itu.
"Penularan penyakit itu memang cukup cepat. Kasus penyakit ini penyebarannya melalui vektor (perantara) seperti nyamuk, lalat dan jarum suntik, berbeda dengan kasus penyakit mulut dan kuku pada ternak," katanya.
Ia yang didampingi Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Syam Manohara mengatakan bahwa virus LSD bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menular pada manusia.
Adapun kriteria ternak sapi yang terserang virus LSD , kata dia, di antaranya terjadi kerusakan pada kulit hewan dan munculnya banyak benjolan pada kulit hewan.
"Masa inkubasi penyakit akibat virus LSD pada inangnya sekitar 28 hari, lebih lama dari penyakit mulut dan kuku yaitu selama 14 hari," katanya.
Menurut dia, kasus penyakit kulit berbenjol kali pertama ditemukan di Kabupaten Tegal kemudian menyebar ke sejumlah wilayah kabupaten/kota lain.
Tingkat kematian ternak sapi akibat virus LSD ini, kata dia, relatif kecil dibanding dengan penyakit mulut dan kuku.
"Hingga kini, kami belum menemukan adanya ternak sapi yang mati karena terserang penyakit penyakit itu. Bahkan kami mencatat sudah ada 9 ternak sapi yang terserang virus LSD kini sudah sembuh," katanya.
Ia mengatakan pihaknya rutin memberikan obat pada ternak sapi yang terserang LSD seperti pemberian vitamin untuk penguat, obat antidemam, antiparasit, antiradang dan analgesik.
"Ternak sapi yang sudah diberi obat-obatan itu dalam jangka waktu satu bulan bisa sembuh. Benjolan atau ruam seperti cacar air pada kulit ternak akan hilang," katanya.
Baca juga: Kasus penyakit LSD di Boyolali bertambah
Pewarta : Kutnadi
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024