Purwokerto, Jawa Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyebutkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi per 1 Februari 2023 tidak berdampak terhadap harga kebutuhan masyarakat atau sembako di wilayah itu.

"Mungkin karena baru satu hari, jadi belum ada dampaknya," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti di Purwokerto, Banyumas, Jateng, Kamis.

Akan tetapi jika dikaitkan dengan inflasi, kata dia, hal itu tidak hanya dari sisi harga BBM karena menyangkut berbagai aspek.

Dia mencontohkan ketika terjadi kenaikan harga BBM dan secara kebetulan harga pangan mengalami penurunan, inflasinya bisa tetap terkendali.

Sementara pascapenyesuaian harga BBM yang terjadi pada 2022, kata dia, harga beras mengalami kenaikan karena tidak ada panen, sehingga kondisi tersebut berdampak terhadap inflasi.

Terkait dengan kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir, Titik mengatakan Pemkab Banyumas melalui Dinperindag telah berupaya mengendalikan harga komoditas pangan tersebut melalui operasi pasar terhadap beras yang digelar bersama Perum Bulog Cabang Banyumas dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto di sejumlah pasar mulai 28 Januari 2023.

"Alhamdulillah, dengan adanya operasi pasar tersebut, harga beras mulai turun, yang kualitas medium dari Rp12.500 per kilogram menjadi Rp11.500 per kilogram, sedangkan yang premium dari Rp13.500 per kilogram jadi Rp13.000 per kilogram," jelasnya.

Menurut dia, operasi pasar terhadap beras tersebut masih akan berlangsung hingga 4 Februari 2023 dan selanjutnya akan dievaluasi.

"Kalau harga berasnya sudah semakin turun, operasi pasar akan kami hentikan karena kasihan petani. Tapi sebenarnya program kami sampai panen atau sampai harga beras benar-benar turun," katanya.

Selain di pasar-pasar tradisional, kata dia, operasi pasar terhadap beras tersebut juga digelar di Kecamatan Pekuncen, Lumbir, dan Gumelar.

Bahkan, saat menggelar operasi pasar di Pekuncen pada Rabu (1/2/2023), lanjut dia, beras yang disediakan langsung habis dibeli oleh masyarakat dalam waktu satu jam.

"Dari pantauan kami, harga beras di desa malah lebih tinggi dibandingkan dengan di kota karena belum ada panen. Oleh karena itu, kami menggelar operasi pasar untuk menekan gejolak kenaikan harga beras di pasaran," ujarnya.