“WVI telah mendampingi 270 sekolah di lima kabupaten melalui POP ini. Terjadi beberapa peningkatan selama tiga tahun pelaksanaan, antara lain kemampuan membaca sebesar 16,1 persen,” kata Pelaksana Tugas Direktur Operasional WVI Ebenezer Sembiring dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan POP adalah program kerja sama Kemendikbudristek dengan komunitas atau organisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
Sementara WVI merupakan salah satu mitra implementor POP di lima kabupaten yaitu di Biak, Jayapura, Jayawijaya, Landak, dan Manggarai Timur.
Ia menyebut POP yang dilaksanakan di 270 sekolah di lima kabupaten tersebut memiliki penerima manfaat sebanyak 40.828 orang, di antaranya 38.171 siswa, 2320 guru, 276 kepala sekolah, dan 61 pengawas dan staf dinas pendidikan.
Tidak hanya kemampuan membaca, kata dia, POP pun meningkatkan kemampuan membaca dan memahami isi bacaan, yaitu sebesar 15,9 persen serta kelancaran membaca menjadi 43 kata per menit dari sebelumnya rata-rata 28 kata per menit.
Koordinator Pokja Kemitraan dan Pemberdayaan Komunitas Direktorat Guru Pendidikan Dasar Eddy Tejo menjelaskan berdasarkan hasil monitoring ternyata pelaksanaan POP oleh WVI menghasilkan berbagai peningkatan.
Hal itu seperti kompetensi dan pengetahuan guru yang meningkat, manajerial kepala sekolah yang lebih baik dalam mengelola sekolah, guru yang mampu memetakan dasar masalah siswa dalam membaca serta mengidentifikasi potensi siswa.
Selain itu, pengetahuan guru juga meningkat dari segi kreatifitas serta mampu merancang pembelajaran inovatif dengan menyisipkan aspek literasi.
Dalam pelaksanaannya, WVI melakukan beberapa kegiatan dalam bentuk pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, pemantauan implementasi, dan survei hasil kemampuan membaca siswa.
“Untuk memaksimalkan dampak yang diberikan, WVI juga melakukan koordinasi dan pembelajaran rutin bersama Dinas Pendidikan terkait,” ujar Manager POP WVI Hotmianida Panjaitan.
Ia menyebut bentuk pelatihan bagi kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah, antara lain adalah training of trainer (ToT), antara lain tentang wahana literasi, dukungan psikososial, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta pengembangan bahan ajar kontekstual dan bahan bacaan relevan.
Kemudian juga pelatihan manajemen sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah, pelatihan penguatan pendidikan karakter integrasi dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila serta pelatihan monitoring yang efektif bagi pengawas sekolah.
"POP ini selaras dengan Kemendikbudristek yang sedang mendorong minat baca siswa Indonesia termasuk dengan perjenjangan buku (book leveling) agar dapat lebih menarik para pembacanya.
Ia menjelaskan implementasi perjenjangan buku dibagi menjadi lima tingkat yaitu tingkat A bagi pembaca dini yang belum memahami simbol serta tingkat B yang dibagi lagi menjadi B1 sampai B3 untuk pembaca pemula di usia enam sampai delapan tahun.
Selanjutnya, tingkat C bagi pembaca semenjana yang telah memahami bacaan, tingkat D yang sudah ahli, dan tingkat E bagi pembaca mahir yang telah diharapkan memahami isi dari sebuah bacaan sesuai konteksnya.
"Implementasi perjenjangan buku penting untuk dilakukan mengingat sebagian besar pembaca di Indonesia memiliki batasan kemampuan dalam memahami teks atau buku bacaan," kata Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek Supriyatno.
Baca juga: Tingkatkan minat baca, Pemkab Kudus gandeng pustakawan