Magelang (ANTARA) - Sebanyak 46 mahasiswa Universitas Tidar (Untidar) Magelang Jawa Tengah mengikuti program kampus mengajar yang merupakan salah satu program flagship Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Koordinator Perguruan Tinggi Program Kampus Mengajar Untidar Paulina Besty Fortinasari di Magelang Kamis mengatakan, Program Kampus Mengajar Angkatan VI ini telah berlangsung dari bulan Agustus 2023 dan akan berakhir pada bulan Desember 2023.

"Sejumlah 46 mahasiswa tersebut mengikuti program kampus mengajar di puluhan SD/SMP di Kabupaten Magelang maupun Kota Magelang," katanya.

Menurut dia, mereka merupakan mahasiswa yang lolos dari serangkaian tes seleksi yang diadakan oleh panitia pusat kampus mengajar.

Tes yang diikuti antara lain tes administrasi, tes literasi dan numerasi, tes VCAT, serta survey kebhinekaan. Setelah lolos, mahasiswa ditempatkan di sekolah-sekolah yang ditentukan oleh pusat.

Salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini adalah Arrisma Delimasari, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Untidar semester 5 yang mendapatkan penugasan di SD Gelangan 3 Kota Magelang.

"Saya ingin mendapat pengalaman terjun langsung mengajar di sekolah sesuai dengan planning saya ke depan yang ingin menjadi seorang guru. Saya juga ingin mengenal bagaimana proses berlangsungnya belajar dan mengajar yang ada di sekolah tertentu. Sekaligus menuangkan ide-ide kreatif saya untuk mengembangkan literasi dan numerasi di sekolah tersebut," katanya.

Dalam kegiatan tersebut, dia menyusun program kerja sesuai dengan tujuan program kampus mengajar. Pertama adalah lomba cerdas cermat, untuk melatih pengetahuan literasi dan numerasi siswa. Ada juga game mencari harta karun sebagai pengisi kegiatan kepramukaan di sekolah.

Pada game hartakarun, siswa dilatih untuk membaca denah dan memecahkan masalah yang ada di pos-pos tertentu untuk melanjutkan perjalanan. Masalah yang dipercayakan berupa soal literasi dan numerasi.

Program selanjutnya adalah calistung (baca tulis hitung), program ini dilakukan untuk membantu siswa yang belum bisa membaca dan menulis sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka akan baca dan tulis.

"Saya dan teman-teman juga membuat Mading serta pojok baca di setiap kelas yang berfokus untuk meningkatkan literasi anak dan membantu anak-anak yang malas ke perpustakaan, agar membaca di dalam kelas. Jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak membaca setiap harinya," katanya.

Selain program untuk meningkatkan pengetahuan literasi dan numerasi siswa, pihaknya juga mengadakan program lain seperti adaptasi teknologi.

"Program ini kami lakukan untuk meningkatkan pengetahuan anak mengenai teknologi yang ada di sekitar mereka seperti Microsoft word, canva, matific, dan TED Talk. Program ini biasanya kami lakukan untuk mengisi kegiatan pembelajaran P5 di kelas," katanya.

Ia menuturkan, pihaknya juga melaksanakan program kewirausahaan seperti pembuatan gelang dan gantungan kunci dari manik manik.

"Di sini kami melatih anak untuk menjadi kreatif dan mengerti bagaimana cara berwirausaha yang baik," katanya.

Lalu yang terakhir adalah program penunjang Adiwiyata. Program ini dilakukan untuk mendukung program di sekolah yang diharapkan dapat menciptakan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

"Kami membuat program seperti pembuatan tong sampah dari galon plastik bekas. Tong sampah yang sudah dihias dengan cat akan ditaruh di sekeliling sekolah untuk membedakan mana sampah organik dan anorganik," katanya.

Sebagai salah satu mahasiswa kampus mengajar angkatan VI, pihaknya diberikan pemahaman bahwa menjadi mahasiswa kampus mengajar bukanlah berperan menjadi guru di sekolah, namun menjadi mitra guru untuk mengembangkan literasi dan numerasi di sekolah.

Baca juga: Mahasiswa Untidar ikuti pelatihan bahasa isyarat