Dosen USM ajari Pokdarwis Kampoeng Durenan atasi nervous saat wicara publik
Sabtu, 8 Juni 2024 10:36 WIB
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM), Ayang Fitriyanti MIKom, memberikan pelatihan wicara publik atau public speaking yang menekankan cara mengatasi rasa gugup dan cemas saat berbicara di hadapan umum kepada warga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Wisata Kampoeng Duren, Kelurahan Mangunharjo. Dok. USM
Semarang (ANTARA) - Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM), Ayang Fitriyanti MIKom, memberikan pelatihan wicara publik atau public speaking yang menekankan cara mengatasi rasa gugup dan cemas saat berbicara di hadapan umum kepada warga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Wisata Kampoeng Duren, Kelurahan Mangunharjo.
Lebih lanjut, pelatihan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat oleh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi USM, sebagai wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada Rabu, 5 Juni 2024.
Adapun Tim pengabdi terdiri dari Hilda Rahmah MA, Citra Safira MIKom, serta mahasiswa Lissafi Qulbi dan Aliffina Khowash.
Ayang Fitriyanti mengawali materinya dengan menjelaskan berbagai gejala fisik yang sering dialami ketika seseorang merasa gugup, seperti detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar, berkeringat, suara bergetar, pusing, kejang perut atau mual, mata berair, dan lupa materi.
"Gejala-gejala ini muncul akibat kecemasan yang disebabkan oleh pengalaman pertama, suasana baru, perasaan menjadi pusat perhatian, merasa berbeda atau tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan perasaan tidak siap tampil," terang Ayang.
Lebih lanjut, Ayang menjelaskan bahwa wicara publik adalah kegiatan penyampaian pesan berupa ide atau gagasan secara lisan.
"Public speaking adalah bentuk komunikasi di mana seorang pembicara menghadapi pendengar dalam jumlah yang relatif besar dengan pembicaraan yang relatif terus menerus," jelasnya.
Ia menekankan tiga tujuan utama dari wicara publik, yaitu untuk menyampaikan informasi, menghibur, dan memengaruhi audiens.
Selain itu, Ayang juga memaparkan manfaat wicara publik, seperti mengurangi ketidaktahuan, mengurangi tekanan, memperbaiki hubungan, memahami permasalahan, dan menyelesaikan masalah.
"Kemampuan public speaking yang baik sangat penting untuk membantu anggota pokdarwis mensosialisasikan potensi wisata Desa Mangunharjo secara lebih efektif," tambah Ayang.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Pramujiarto SE MMPar, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berbicara dan kreativitas dalam berkomunikasi dengan wisatawan.
"Kami merasa lebih percaya diri dan siap menyambut wisatawan dengan keterampilan baru yang kami peroleh dari pelatihan ini," ujarnya.
"Dengan pendekatan praktis ini, anggota Pokdarwis diharapkan mampu mengaplikasikan teknik wicara publik secara efektif dalam situasi nyata, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan dan promosi Desa Wisata Kampoeng Duren," tambahnya. ***
Lebih lanjut, pelatihan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat oleh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi USM, sebagai wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada Rabu, 5 Juni 2024.
Adapun Tim pengabdi terdiri dari Hilda Rahmah MA, Citra Safira MIKom, serta mahasiswa Lissafi Qulbi dan Aliffina Khowash.
Ayang Fitriyanti mengawali materinya dengan menjelaskan berbagai gejala fisik yang sering dialami ketika seseorang merasa gugup, seperti detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar, berkeringat, suara bergetar, pusing, kejang perut atau mual, mata berair, dan lupa materi.
"Gejala-gejala ini muncul akibat kecemasan yang disebabkan oleh pengalaman pertama, suasana baru, perasaan menjadi pusat perhatian, merasa berbeda atau tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan perasaan tidak siap tampil," terang Ayang.
Lebih lanjut, Ayang menjelaskan bahwa wicara publik adalah kegiatan penyampaian pesan berupa ide atau gagasan secara lisan.
"Public speaking adalah bentuk komunikasi di mana seorang pembicara menghadapi pendengar dalam jumlah yang relatif besar dengan pembicaraan yang relatif terus menerus," jelasnya.
Ia menekankan tiga tujuan utama dari wicara publik, yaitu untuk menyampaikan informasi, menghibur, dan memengaruhi audiens.
Selain itu, Ayang juga memaparkan manfaat wicara publik, seperti mengurangi ketidaktahuan, mengurangi tekanan, memperbaiki hubungan, memahami permasalahan, dan menyelesaikan masalah.
"Kemampuan public speaking yang baik sangat penting untuk membantu anggota pokdarwis mensosialisasikan potensi wisata Desa Mangunharjo secara lebih efektif," tambah Ayang.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Pramujiarto SE MMPar, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berbicara dan kreativitas dalam berkomunikasi dengan wisatawan.
"Kami merasa lebih percaya diri dan siap menyambut wisatawan dengan keterampilan baru yang kami peroleh dari pelatihan ini," ujarnya.
"Dengan pendekatan praktis ini, anggota Pokdarwis diharapkan mampu mengaplikasikan teknik wicara publik secara efektif dalam situasi nyata, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan dan promosi Desa Wisata Kampoeng Duren," tambahnya. ***
Pewarta : Nur Istibsaroh/ksm
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
USM-Kemendesa bersinergi wujudkan kemandirian energi di daerah tertinggal
02 December 2024 10:38 WIB
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Festival Teater Pelajar berikan ruang ekspresi dan penyaluran minat bakat siswa di bidang budaya
15 December 2024 20:24 WIB