Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan-KP) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengoptimalkan penggunaan pompa air untuk mengairi area persawahan yang berpotensi terdampak kekeringan pada musim tanam kedua tahun 2023-2024.

"Kalau kemarau, dampaknya 'kan kekurangan air untuk irigasi sawah," kata Kepala Dinpertan-KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak kekurangan air pada musim kemarau, kata dia, secara nasional telah ada program pompanisasi pada lahan pertanian.

Dalam hal ini, Kabupaten Banyumas mendapatkan bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian (Kementan) sebanyak 37 unit yang telah didistribusikan ke kelompok tani.

Selain itu, Kementan juga memberikan bantuan pompa air sebanyak 34 unit untuk dikelola oleh Dinpertan-KP Kabupaten Banyumas dan Komando Distrik Militer 0701/Banyumas.

"Pompa air itu akan kita maksimalkan untuk perpompaan pada wilayah-wilayah lahan yang ada mata air atau sumber air permukaan seperti sungai dan embung," katanya.

Ia optimistis pompanisasi tersebut akan memberikan dampak positif kepada petani dan pemerintah daerah terkait dengan adanya musim kemarau yang datang lebih awal dan diperkirakan akan berlangsung hingga bulan September.

Disinggung mengenai lahan sawah di Banyumas yang rawan kekeringan, dia mengatakan hal itu sebenarnya bukan rawan kekeringan melainkan minimnya potensi ketersediaan air untuk irigasi, baik air tanah dangkal, air permukaan, maupun air tanah dalam.

"Area persawahan yang potensi airnya minim itu tersebar di Kecamatan Purwojati dan Wangon. Kalau Kecamatan Lumbir memang biasa, karena daerahnya seperti itu, tapi area persawahannya enggak banyak," katanya menjelaskan.

Oleh karena itu, kata dia, target luas tanam padi di Banyumas pada musim tanam kedua yang mencapai 22.000 hektare dapat tercapai dengan adanya pompanisasi tersebut.

Bahkan, lanjut dia, sebagian besar area persawahan tersebut telah ditanami padi.

"Tutup tanam diperkirakan akan berlangsung pada bulan Juli," kata Jaka.


Baca juga: Jumlah warga terdampak kekeringan di Cilacap bertambah