Imbauan Presiden Jokowi kepada ISEI
Kamis, 19 September 2024 20:13 WIB
Presiden Jokowi pada pembukaan Kongres ISEI XXII dan Seminar Nasional 2024 di Solo, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ikut terlibat dalam menyiapkan strategi menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
“Dunia sekarang ini menghadapi gejolak ketidakpastian, tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami termasuk kita, bahkan negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi, terakhir Inggris masuk ke jurang resesi dan yang kita tahu 96 negara sudah menjadi pasien IMF,” katanya pada pembukaan Kongres ISEI XXII dan Seminar Nasional 2024 di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Oleh karena itu, dikatakannya, saat ini pemerintah fokus pada pasar kerja. Ia mengatakan ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk jumlah tenaga kerja yang sangat banyak.
“Ini yang harus kita hindari, sehingga menurut saya jangan sampai kita terlalu larut dalam situasi global,” katanya.
Menurut dia, harus dilakukan perhitungan cermat mengingat pada tahun 2030 Indonesia akan mendapat bonus demografi. Ia mengatakan hal ini bisa menjadi sebuah kekuatan tetapi juga bisa menjadi sebuah beban.
“Inilah tantangan yang paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak. Sekarang kita fokus membuka lapangan kerja, namun kita juga menghadapi tantangan yang sangat berat, semua negara mengalaminya,” katanya.
Ia mengatakan tantangan yang pertama adalah perlambatan ekonomi global.
“Kita tahu 2023 dari World Bank, global hanya tumbuh 2,7. Kemudian 2024 ini diperkirakan hanya muncul angka 2,6, Tahun depan naik sedikit 2,7 tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,”katanya.
Meski demikian, dikatakannya, ekonomi Indonesia tumbuh di angka kurang lebih 5,1 persen sehingga menjadi hal yang patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global.
Bahkan, akibat perlambatan ekonomi tersebut, dikatakannya, hampir semua negara memperketat kebijakan moneternya agar inflasi tidak makin naik.
“Kalau moneter direm, artinya industri pasti akan turun produksinya, otomatis itu perdagangan global juga akan turun kapasitasnya,” katanya.
Tantangan kedua, yakni peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja. Ia mengatakan hal itu akan berdampak para hilangnya puluhan juta pekerjaan. Diperkirakan pada 2025 jumlah lapangan pekerjaan yang hilang mencapai 85 juta lapangan pekerjaan.
Ia mengatakan pada tahun 2025 Indonesia dituntut untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, namun pada saat itu juga 85 juta pekerjaan akan hilang karena adanya peningkatan otomasi.
“Kesempatan kerja makin sempit. Oleh sebab itu, saya berharap ISEI ada sebuah desain atau rencana taktis, strategi taktis, dan detail hal-hal taktis seperti ini. Yang kita perlukan bukan rencana makro yang sulit untuk diimplementasikan dalam situasi yang sangat sulit,” katanya.
“Dunia sekarang ini menghadapi gejolak ketidakpastian, tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami termasuk kita, bahkan negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi, terakhir Inggris masuk ke jurang resesi dan yang kita tahu 96 negara sudah menjadi pasien IMF,” katanya pada pembukaan Kongres ISEI XXII dan Seminar Nasional 2024 di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Oleh karena itu, dikatakannya, saat ini pemerintah fokus pada pasar kerja. Ia mengatakan ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk jumlah tenaga kerja yang sangat banyak.
“Ini yang harus kita hindari, sehingga menurut saya jangan sampai kita terlalu larut dalam situasi global,” katanya.
Menurut dia, harus dilakukan perhitungan cermat mengingat pada tahun 2030 Indonesia akan mendapat bonus demografi. Ia mengatakan hal ini bisa menjadi sebuah kekuatan tetapi juga bisa menjadi sebuah beban.
“Inilah tantangan yang paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak. Sekarang kita fokus membuka lapangan kerja, namun kita juga menghadapi tantangan yang sangat berat, semua negara mengalaminya,” katanya.
Ia mengatakan tantangan yang pertama adalah perlambatan ekonomi global.
“Kita tahu 2023 dari World Bank, global hanya tumbuh 2,7. Kemudian 2024 ini diperkirakan hanya muncul angka 2,6, Tahun depan naik sedikit 2,7 tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara,”katanya.
Meski demikian, dikatakannya, ekonomi Indonesia tumbuh di angka kurang lebih 5,1 persen sehingga menjadi hal yang patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global.
Bahkan, akibat perlambatan ekonomi tersebut, dikatakannya, hampir semua negara memperketat kebijakan moneternya agar inflasi tidak makin naik.
“Kalau moneter direm, artinya industri pasti akan turun produksinya, otomatis itu perdagangan global juga akan turun kapasitasnya,” katanya.
Tantangan kedua, yakni peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja. Ia mengatakan hal itu akan berdampak para hilangnya puluhan juta pekerjaan. Diperkirakan pada 2025 jumlah lapangan pekerjaan yang hilang mencapai 85 juta lapangan pekerjaan.
Ia mengatakan pada tahun 2025 Indonesia dituntut untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, namun pada saat itu juga 85 juta pekerjaan akan hilang karena adanya peningkatan otomasi.
“Kesempatan kerja makin sempit. Oleh sebab itu, saya berharap ISEI ada sebuah desain atau rencana taktis, strategi taktis, dan detail hal-hal taktis seperti ini. Yang kita perlukan bukan rencana makro yang sulit untuk diimplementasikan dalam situasi yang sangat sulit,” katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
FKS Foundation bersama PT Tiga Pilar Sejahtera bangun sarana air bersih untuk warga Sragen
14 December 2024 13:04 WIB
PLN pastikan kesiapan infrastruktur layanan kelistrikan andal jelang Nataru
09 December 2024 20:50 WIB