Pemiliknya adalah Ratna Widyastuti. Ia memilih nama Redjo untuk angkringan yang didirikan tahun 2022 itu. Redjo dalam bahasa Jawa, artinya ramai. Bisa juga diartikan keberkahan hasil. Ratna sendiri menyandingkan empat kata, Bedjo, Legowo, dan Angkringan Redjo.
Arti kata Bedjo adalah perpaduan antara kerja keras, doa, dan momen yang tepat, bukan sekadar kebetulan. Sedangkan Legowo, artinya menerima dengan ikhlas dan sabar terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sehingga jika digabungkan, menurut dia, maka hasilnya adalah Angkringan Redjo.
Ratna sebelumnya adalah seorang tenaga kesehatan, lebih tepatnya berprofesi sebagai perekam medis di salah satu rumah sakit bedah di Yogyakarta. Akan tetapi karena keinginannya untuk mendampingi tumbuh kembang ketiga putra-putrinya, ia memilih untuk mundur dari pekerjaannya tersebut.
Iapun mulai merintis usaha di bidang kuliner, salah satunya adalah angkringan yang dinamakannya Redjo. Awalnya semua peralatan angkringan didapatkan dari sistem sewa, namun saat ini seiring dengan perkembangan usaha peralatan dan asset usaha milik sendiri.
Menu yang disajikanpun beraneka ragam. Mulai dari aneka nasi kucing, nasi sambel belut, nasi bakar, nasi liwet sunda, sayur, pepes, plecing, aneka gorengan, bebakaran, aneka makanan tradisonal dari berbagai daerah seperti pempek ikan, sempol, nasi berkat Gunungkidul, bakwan Pontianak, Aneka bubur, dan juga bakso penthol kuah juga dapat dinikmati disini.
Sedangkan minuman yang menjadi best seller di Angkringan Redjo adalah es teh, es jeruk, kopi Lampung, kopi Pontianak, dan wedang rempah seperti wedang jahe, teh/ kopi jahe, wedang seruni, wedang secang,wedang tape, es coklat, dan lain sebagainya.
Kata Angkringan sebenarnya berasal dari kata dasar angkring dalam bahasa Jawa yang berarti duduk santai atau bersandar. Ini mencerminkan suasana angkringan itu sendiri, yaitu tempat untuk duduk bersantai sambil menikmati hidangan dan berbincang dangan teman atau keluarga tanpa adanya perbedaan status sosial.
Suasana kekeluargaan dan fungsi sosial inilah yang sangat terasa saat menikmati menu di Angkringan Redjo. Tidak hanya bapak-bapak, Angkringan Redjo kerap digunakan oleh ibu-ibu atau generasi muda untuk pertemuan. Angkringan Redjo memiliki halaman yang luas dan fasilitas lainnya yang dapat digunakan untuk seperti teras luas untuk pertemuan warga, tenis meja, latihan pentas, nonton bareng atau kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Ratna sering mengikuti pelatihan dan acara baik dari pemerintah desa sampai dengan dinas koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan usahanya.
Salah satu kegiatan yang masih diikuti adalah pelatihan berjenjang Managemen Usaha dan Keuangan yang diselenggarakan oleh Balai Latihan Koperasi Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan ini terdiri dari Level 1, 2, dan 3. Dari pelatihan yang dimentori langsung oleh Bio Hadikesuma beserta Tim BHMTC Yogyakarta ini, Angkringan Redjo mendapat ilmu dan pendampingan selama kurang lebih satu tahun.
Ilmu yang diperoleh sangat aplikatif untuk pengembangan usaha. Mulai dari membuat data keuangan, pengolahan arus kas, stock barang, sampai dengan laporan keuangan neraca dan laba rugi. Selain itu, para peserta diajarkan untuk menentukan DNA usaha melalui metode BMC, yang akan menjadi pedoman dalam mengembangkan usahanya.
Dari pelatihan inilah Angkringan Redjo mulai memperbaiki manajemen usahanya. Hasilnya, secara bertahap terjadi kenaikan omzet yang signifikan. Pelanggan yang awalnya didominasi warga kampung, saat ini banyak warga dari desa lain berkunjung, bahkan banyak yang menjadi pelanggan tetap.
Angkringan Redjo menjadi angkringan yang ngangeni dan nyenengke bagi para pelanggan. Bukan hanya tentang makan, ngemil, dan ngangkring, namun Angkringan Redjo menawarkan suasana yang mengejawantahkan filosofi yang mengajarkan kita tentang bahagia dalam kesederhanaan.