Kudus (ANTARA) - Puluhan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum 02 Ngembalrejo Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah membuat dan menggelar nonton bareng film anti-perundungan atau bullying, serta mendeklarasikan stop perundungan karena bisa menimbulkan tekanan mental, Sabtu.
"Kami berharap melalui film dan deklarasi bisa memberikan edukasi kepada para pelajar bahwa perundungan bisa mengakibatkan depresi dan tekanan mental terhadap korbannya," kata Kepala MI Darul Ulum 02 Noor Munajah didampingi Waka Kurikulum dan Kesiswaan Riyanto di Kudus, Sabtu.
Puluhan siswa itu terlebih dahulu menonton film yang diperankan oleh para siswa bersama guru dengan menggandeng pegiat seni dari IAIN Kudus, termasuk dalam pengambilan gambar dan naskah ceritanya. Kemudian para siswa mendeklarasikan stop perundungan.
Selain itu, katanya, pembuatan film dan deklarasi ini menegaskan komitmen bersama untuk menolak segala bentuk perundungan di sekolah, dan semua pihak juga bertekad untuk menciptakan sekolah ramah anak dan menciptakan suasana lingkungan belajar mengajar yang nyaman dan bebas perundungan.
Film berjudul "Titik Balik" dengan durasi delapan menit tersebut, kata dia, memang diperankan oleh siswa dan guru dengan harapan kembali seperti semula tanpa ada perundungan.
Ceritanya, katanya, adanya salah satu siswa yang melaporkan kepada orang tuanya karena dianiaya oleh gurunya, namun ketika orang tuanya datang ke sekolah dengan emosi akhirnya ditunjukkan fakta sebenarnya oleh guru di sekolah.
Selain mengedukasi bentuk-bentuk perundungan, kata dia, film tersebut juga untuk mengedukasi orang tua, karena sebelumnya terjadi guru dilaporkan orang tua atas tuduhan perundungan.
Deklarasi anti-perundungan tersebut, merupakan rangkaian kegiatan festival literasi, numerasi, dan gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil 'Alamin (P5RA).
Pihak sekolah juga memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki literasi terbaik serta di bidang numerasi.
Dalam gelar karya, juga menunjukkan hasil karya dari masing-masing kelas yang bisa dilihat oleh semua siswa maupun masyarakat umum karena digelar di halaman sekolah.
Baca juga: Pelajar SD dan guru di Kudus pentaskan wayang kulit