Mereka yang terdiri para orang tua, pemuda, dan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan juga membersihkan berbagai perlengkapan sembahyang di kelenteng yang terletak di pusat Kota Magelang di Jalan Pemuda.

Pembersihan berbagai rupang itu menggunakan air dan bunga.

"Sesungguhnya tradisi ini sebagai simbol penyucian diri setiap orang untuk memasuki Imlek," kata Ketua Harian Tempat Ibadah Tri Dharma Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang Wong Soek Lie.

Kelenteng itu menyimpan 16 patung Kim Sin atau patung dewa-dewi dengan altar utama ditempati patung Hok Tek Ceng Sin atau Dewa Tuan Rumah yang disebut juga sebagai Dewa Penguasa Bumi.

Prosesi pembersihan rupang-rupang diawali dengan sembahyang memohon kelancaran kegiatan itu di kelenteng setempat selama beberapa saat yang dipimpin rohaniwati TITD Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, Nyonya Soeseno.

Sehari sebelumnya (17/1), mereka menjalani sembahyang Toa Pekong atau Punggahan yang dipercaya sebagai pelepasan para dewa dan dewi untuk melaporkan kepada Shang Tee atau Tuhan Yang Maha Kuasa atas berbagai perbuatan manusia di dunia selama setahun terakhir.

"Selama para dewa menyampaikan laporan amal perbuatan manusia kepada Shang Tee, kami membersihkan altar dan semua Kim Sin di kelenteng ini. Saat mereka turun kembali, 10 hari nanti, tempat ini sudah bersih kembali, sehingga para dewa berkenan," katanya.
Sesepuh TITD Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang Paul Candra Wesi Aji mengatakan, warga keturunan Tionghoa setempat telah merencanakan berbagai prosesi terutama sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek 2563.

Puncak acara pada 6 Februari 2012, katanya, antara lain berupa kirab Cap Gomeh dan pesta kembang api.

Ketua Komisi Komunikasi Sosial Gereja Katolik Kevikepan Kedu Yusuf Kusuma mengatakan, warga keturunan Tionghoa di daerah itu yang memeluk Katolik merencanakan Misa Imlek di Gereja Santo Ignasius Kota Magelang, pada 29 Januari 2012.

Misa Imlek oleh umat setempat, katanya, juga sebagai ungkapan syukur mereka atas tahun baru dalam kalender Tionghoa itu.

Rencananya, katanya, Misa Imlek dipimpin Pastor Paroki Kemakmuran Keuskupan Agung Jakarta Romo Aloysius Ho Tombokan dengan tema "Ekaristi Sumber Kehidupan".

Tahun Baru Imlek sebagai pesta masyarakat petani Tionghoa menyambut musim semi. Momentum itu sebagai hari raya tradisional paling utama masyarakat Tionghoa dengan perayaan selama 15 hari.

Ia mengatakan, Imlek 2563 masuk Tahun Naga Air. Naga yang dalam mitologi Tionghoa sebagai simbol binatang paling kuat, berani, dan berpendirian teguh, sedangkan air lambang kemampuan menjernihkan berbagai persoalan.