Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Ayu Entys di Semarang, Kamis, mengatakan, hama ulat bulu tersebut muncul biasanya selain karena cuaca yang lembab, juga karena semakin berkurangnya predator mereka
"Sekarang sudah sulit menemukan burung 'emprit' dan semut 'rangrang'. Padahal keduanya adalah predator ulat bulu," katanya.

Petugas Dinas Pertanian Kota Semarang langsung melakukan penanganan atas kasus munculnya kembali ulat bulu itu, di antaranya dengan penyemprotan atau penyuntikan pohon.

"Kalau pohonnya rimbun biasanya dengan menyuntik pohon. Untuk warga yang di daerahnya muncul banyak ulat bulu, sebaiknya segera melapor ke Dinas Pertanian agar cepat ditangani," katanya.

Selain penanganan ulat bulu oleh Dinas Pertanian Kota Semarang, Ayu Entys mengatakan, masyarakat dapat melakukan antisipasi merebaknya hama itu dengan menjaga kebersihan.

"Tempat yang sangat memungkinkan munculnya ulat bulu berasal dari balik daun. Oleh karena itu, begitu ada daun yang rontok di area rumahnya segera dibersihkan," katanya.

Di daerah Ngaliyan, ulat bulu menyerang salah satu pohon di sekitar sekolah dasar. Di bagian batang salah satu pohon penuh dengan ulat bulu.

Ia mengaku, hama ulat bulu cukup parah terjadi pada 2011 karena melanda sebagian besar wilayah pinngiran Semarang seperti Banyumanik dan Tembalang.