"Kami memiliki tiga misi, yakni edukasi, sosial, dan konservasi. Kami ada tempat penangkaran," kata Ketua T-Rec Budi Kamarsyah di Semarang, Sabtu.

Budi mengatakan bahwa komunitas yang sudah berdiri sejak awal tahun 2011 ini terdiri atas anggota pencinta reptil. Saat ini, anggotanya sekitar 40 orang.

Ia mengatakan bahwa komunitas T-Rec menjadi wadah bagi pencinta reptil untuk saling berbagi, mengembangkan pengetahuan, dan ketrampilan mengenai reptil, sekaligus sebagai ajang untuk menyalurkan pendidikan mengenai reptil.

"Setiap Sabtu pukul 19.00 WIB, kami ada acara 'gathering' di depan Kantor Dinas Sosial Provinisi Jawa Tengah di Jalan Pahlawan Semarang," katanya.

Dalam acara tersebut, lanjut dia, menjadi ajang untuk berbagi pengetahuan mengenai reptil dan anggota biasanya membawa reptil. Mayoritas anggota memiliki ular, sedangkan reptil lainnya, seperti biawak, kukang, dan tupai.

"Kami juga memiliki T-Rec junior dengan anggota anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga SMP," katanya.

Selain berkumpul, kata Budi, pada hari Minggu sejumlah anggota komunitas juga ikut dalam acara "car free day" untuk penggalangan dana.

"Kegiatan kami lainnya adalah melakukan sosialisasi dan bakti sosial," katanya.

Setelah melakukan penangkaran, kata dia, komunitas juga akan melepaskan reptil untuk memberikan kontribusi ke alam, seperti dilepas di area persawahan.

"Reptil salah satu fungsinya adalah sebagai bagian dari rantai makanan sehingga kami juga melepas ular ke area persawahan," demikian Budi Kamarsyah.