"Saya yakin dengan masa depan Indonesia. Indonesia tidak hanya menarik, tapi juga menawarkan peluang emas yang harus ditangkap sekarang. Investasi anda tidak akan sia-sia," kata Presiden dalam pidatonya di hadapan para pengusaha di Bursa Efek New York, Senin waktu setempat atau Selasa dini hari WIB.

Keyakinan Presiden Yudhoyono atas keberlanjutan perekonomian Indonesia bukan tanpa alasan. Ia menyebutkan sedikitnya tiga alasan yang mendasari hal itu.

"Pertama, debat tentang sistem politik di Indonesia telah selesai. Demokrasi telah sampai pada titik yang tidak terbantahkan. Stabilitas politik telah tercapai. Desentralisasi telah terwujud dan amandemen undang-undang yang penting telah dilakukan," katanya.

Menurut Presiden, stabilitas politik menjadi dasar stabilitas ekonomi serta memberi kenyamanan bagi pihak-pihak yang ingin berinvestasi dengan resiko kecil.

Alasan kedua yang mendasari keyakinan Presiden bahwa perekonomian Indonesia akan berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hal yang artifisial. "Ini asli. Ini didasari oleh makro ekonomi yang kuat," katanya.

Presiden kemudian menyatakan bahwa rasio utang terhadap PDB Indonesia turun tajam dari 83 persen pada 2001 menjadi kurang dari 25 persen pada 2011. Ia juga menyebutkan ebuah lembaga internasional memperkirakan jika kelas konsumen Indonesia akan naik menjadi 135 juta pada 2030 dari 45 juta pada 2012.

"Kami memiliki sektor ekspor yang kuat, tapi ekonomi kami tidak tergantung pada pasar asing manapun," katanya merujuk pada peran besar konsumen lokal yang strategi ekonominya sederhana yaitu tetap belanja.

Oleh karena itu, kata Presiden, dalam kuartal kedua tahun ini lebih dari 60 persen PDB Indonesia berasal dari belanja domestik masyarakat Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 juta jiwa.

Sementara alasan ketiga, kata Presiden, adalah Indonesia telah memiliki visi ekonomi yang ambisius hingga 2025.

"Kami menyebutnya sederhana, master plan ... yang kami selesaikan pada 2011," katanya merujuk pada enam koridor ekonomi Indonesia.

Rencana total investasi dalam master plan itu pada periode 2011 hingga 2025 mencapai sekitar 437 miliar dolar AS dengan pemerintah Indonesia, perusahaan milik negara dan sektor swasta memiliki kontribusi 65 persen dari total investasi itu.

Presiden Yudhoyono mengundang para calon investor itu bergabung dengan program itu hingga 2025 yang disebutnya sebagai akan sama-sama menguntungkan.

Namun pada kesempatan itu Presiden juga mengakui jika Indonesia masih memerlukan infrastruktur yang memadai, tata kelola pemerintahan yang baik, dan reformasi birokrasi untuk mendukung semua itu. (G003/A027)