Dua tarian yang dia ciptakan tersebut berjudul "Gadis Tegowanuh" dan "Wulang Gatho" merupakan tari kreasi baru yang diambil dari budaya yang selama ini telah melekat di masyarakat Temanggung.

"Kedua tarian itu sebenarnya nostalgia waktu kecil saya, Tegowanuh waktu itu terkenal dengan hasil kerajinan grabah, kemudian muncul caping kruduk karena saya ingat waktu kecil ada kesenian cengklungan yang menggunakan caping kruduk," katanya.

Didik Nini Thowok bernama asli Didik Hadiprayitno ini menuturkan, tarian satunya berjudul Wulang Gatho, embrionya dari tarian tradisional Wulang Sunu dan Gatholoco yang dipadukan.

"Wulang Sunu dan Gatholoco saya kolaborasikan menjadi Wulang Gatho, pada tarian ini ada unsur komedinya," katanya.

Dua tarian tersebut telah dipentaskan pada resepsi peringatan Hari Jadi ke-178 Kabupaten Temanggung di Graha Bhumi Phala kompleks Setda Temanggung, Rabu malam.
Pria kelahiran Temanggung, 13 November 1954 ini berharap, ke depan dua tarian tersebut bisa menjadi pertunjukan yang menarik sebagai ikon Temanggung.

"Penari yang tampil ini semua putra daerah. Saya khusus dengan tim memang datang ke sini untuk melatih putra-putra daerah Temanggung dengan tujuan supaya ke depannya bisa menularkan dengan teman-temanya di Temanggung. Jadi tarian ini benar-benar menjadi ikon dan milik Temanggung," katanya.

Didik dalam menggarap tarian tersebut dibantu dua asistennya, yakni Hendrik Suko Yuwono dan Agung Triyulianto serta dengan penata musik Pardiman.