"Hal ini seiring dengan kian meningkatnya frekuensi bencana hidrometerologi, seperti bencana kekeringan, banjir, topan, hingga kebakaran hutan," katanya acara orasi ilmiah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Islam, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, Jumat.

Ia mengatakan, beragam persoalan lingkungan karena perubahan iklim global merupakan akibat dari ulah manusia yang lebih bersifat sistemik.

Sedang di sisi lain, kata dia, pandangan ekosentris yang menghasilkan pembangunan ekonomi yang mengedepankan prinsip-prinsip keseimbangan ekonomi dengan ekologi.

Menurut dia, pendekatan ekonomi hijau --dalam jangka panjang-- akan menghasilkan banyak manfaat yang saling menguntungkan seperti dari sisi ekonomi, konservasi, serta kesejahteraan masyarakat.

"Oleh karena itu, hal ini akan menjadi tantangan bagi komunitas kampus dalam menjalankan fungsi serta perannya pada masa sekarang dan yang akan datang. Khusus dalam arus besar modernisasi ekologi yang menyinergikan kegiatan ekonomi dengan pendekatan positifistik," katanya.

Ia menegaskan, gerakan menanam pohon di kalangan kampus juga bukan semata-mata bermanfaat bagi perbaikan lingkungan karena fungsi biodiversitas dan penyerapan karbon.

"Akan tetapi, lebih dari itu merupakan juga sebagai upaya membangun kembali ekosistem sehingga tercipta fungsi hidrologis sekaligus mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya," katanya.