"Tentu sebelum memutuskan menerima undangan konvensi (calon presiden dari Partai Demokrat, red.) ini, saya berkonsultasi dulu dengan para kiai sepuh di NU. Tidak perlu disebut namanya, yang pasti tausiyah-nya adalah wajib bagi seorang muslim untuk memenuhi suatu undangan," ujar Cak Ali, panggilan akrabnya, saat berkunjung di Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (26/9).

Adik kandung mantan Ketua PWNU Jawa Timur Ali Maschan Musa itu menyebut dirinya sebagai kandidat kuat dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat.

Selain mengklaim diri sebagai representasi tokoh nahdliyin dan mendapat dukungan sejumlah kiai berpengaruh NU, ia mengaku selama ini rutin melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia untuk menyampaikan visi pembangunannya.

Kepercayaan diri Ali Masykur Musa setidaknya tersirat saat ia menyitir hasil survei elektabilitas di tingkat internal tim suksesnya maupun berdasarkan analisa artikel sejumlah media massa nasional.

"Alhamdulilah sejauh ini saya masih masuk empat besar dari 11 kandidat peserta konvensi. Ini awal yang bagus karena kami sama sekali belum menggerakkan elemen-elemen NU yang menjadi basis pendukung saya," katanya.

Terkait isu keretakan hubungannya dengan PKB, partai yang selama membesarkannya, Ali Masykur Musa memastikan telah membicarakan permasalahan tersebut dengan sejumlah petinggi partai tersebut.

"Saya sampai saat ini tidak pernah pindah partai, tapi saya juga tidak terikat kepengurusan dengan partai manapun sejak ditetapkan sebagai anggota BPK. Jadi tidak ada masalah apapun antara saya dengan PKB, partai yang selama ini membesarkan saya," katanya.

Meski mengaku tetap berhubungan baik dengan jajaran pengurus PKB di tingkat pusat maupun daerah, Ali tidak serta merta mengklaim telah mendapat restu dari induk partainya untuk maju dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat.

Ia beberapa kali mencoba menggunakan bahasa diplomatis dengan mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam konvensi itu, murni gerakan politik kebangsaan, bukan politik kepartaian.

"Kami berharap semua pihak berpikir positif bahwa apa yang kami lakukan, juga teman-teman lain peserta konvensi lakukan, adalah bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan demokrasi," ujarnya.