Dalam sambutanya, Gusti mengatakan bahwa limbah tahu mengeluarkan gas metan, bau, dan kotor, sehingga dapat menyebabkan pemanasan global.

"Kita bantu agar tidak bau lagi dan mendapatkan biogas gratis," katanya.

Menurut dia, di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Banyumas, yang merupakan sentra penghasil tahu yang menghasilkan sekitar 35 kiloliter limbah per hari.

Akan tetapi, kata dia, baru sekitar 21 persen limbah tahu yang bisa teratasi dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan biogas bagi rumah tangga.

Di seluruh Indonesia, kata dia, terdapat sekitar 84 ribu unit industri tahu dengan jumlah limbah yang dihasilkan mencapai 20 juta meter kubik, sedangkan yang telah terkelola dengan baik sekitar 50 persen.

"Kalau bisa dikelola semua, bisa dapat energi gratis," kata dia.

Selain mencanangkan Desa Mandiri Energi Berbasis Pengolahan Limbah Tahu, pada kesempatan itu Menristek Gusti juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman Pembentukan Konsorsium Pemanfaatan Teknologi Peningkatan Produksi Kedelai dan Pengolahan Limbah untuk Energi Biogas yang dilakukan sejumlah lembaga, antara lain Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) serta Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).