"Bagaimana meningkatkan animo masyarakat menyambut Pemilu 2014 dan bagaimana membuat mereka mau menggunakan hak politiknya dalam pemilu anggota legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden nanti adalah tugas kita semua," kata Prof. Wiwieq--sapaan akrab R. Siti Zuhro—kepada Antara Jateng, Sabtu.

Sebelumnya, hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa ketertarikan masyarakat pada politik rendah, bahkan 60 persen responden menyatakan kurang tertarik dan tidak tertarik sama sekali.

Menyinggung soal hasil survei tersebut, Prof. Wiwieq mengemukakan bahwa hal itu menjadi pekerjaan rumah para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait dengan pemilu untuk mengantisipasi dan mencarikan solusi konkretnya.

Menurut dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu, masyarakat akan tertarik pada politik bila korelasinya positif terhadap praktik pemerintahan yang baik, bersih, dan melayani.

Akan tetapi, kata pakar otonomi daerah itu, kalau hasilnya sebaliknya, tidak positif dan praktik-praktik tindakan buruk terus marak, rakyat akan skeptis dan apatis.

"Mereka merasa cemas, khawatir, ragu, dan kecewa. Perasaan campur aduk itulah yang saat ini sedang mereka rasakan," kata alumnus Curtin University, Perth, Australia itu.

Oleh karena itu, Wiwieq memandang perlu "leverage factor" (faktor pengungkit) untuk membangkitkan animo masyarakat dengan cara menghadirkan caleg-caleg yang dinilai mampu mewakili rakyat setelah duduk di DPR, DPD, dan DPRD.

Dalam konteks pemilu anggota legislatif, kata Prof. Wiwieq, rakyat perlu didorong untuk memilih caleg-caleg andalan tanpa harus tersekat-sekat oleh parpol yang menjadi rumah para caleg.

Dengan memilih caleg-caleg andalan yang memiliki integritas, kredibilitas, kompetensi, kapasitas, dan kepemimpinan diharapkan parlemen atau lembaga legislatif di semua wilayah di Indonesia akan bekerja efektif dan produktif.

Demikian pula dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menurut Prof. Wiwieq, semestinya parpol mencalonkan capres-cawapres dambaan dan kepercayaan rakyat.

"Dengan mempromosikan capres-cawapres kehendak rakyat, tidak hanya animo rakyat saja yang meningkat, tetapi juga kemungkinan menurunnya penggunaan politik uang," ucapnya.

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember itu berharap rakyat menjadi buster atau kekuatan pendorong (driving force/prime mover) bagi perubahan paradigma dari "politik uang" ke "politik saweran".

"Artinya, bila calon-calon pemimpin yang ditawarkan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah calon-calon yang dipercaya dan meyakinkan rakyat, partisipasi mereka bisa dipastikan akan meningkat," kata Prof. Wiwieq.