"Bila artis terjun ke politik dan bukan menjadi calon anggota legislatif (caleg), fungsinya hanya menghibur saja," kata Prof. Wiwieq, sapaan akrab R. Siti Zuhro, kepada Antara Jateng, Selasa.

Pernyataan Prof. Wiwieq yang juga peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menjawab pertanyaan seberapa besar peran artis sebagai pemikat hati pemilih (vote getter) pada pemilu mendatang.

Akan tetapi, kata penulis buku berjudul "Demokrasi Lokal: Peran Aktor dalam Demokratisasi" (Yogyakarta: Ombak, 2009) itu, kalau artis yang menjadi caleg, yang bersangkutan akan terbantu oleh popularitasnya sehinga tidak terlalu sulit menyosialisasikan dirinya.

"Bisa saja caleg-caleg artis tidak sejumowo sebelumnya karena isu-isu miring yang mendera beberapa anggota Dewan belakangan ini. Namun, bukan berarti caleg artis tidak diminati lagi," kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember itu.

Pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD 2014, kata Prof. Wiwieq, tak tertutup kemungkinan masyarakat akan memilih caleg artis kalau yang ditawarkan memang memenuhi syarat.

"Artinya, masyarakat akan selektif mempertimbangkaan caleg artis apakah yang bersangkutan amanah, kompeten, dan memiliki sifat teladan," kata Prof. Wiwieq yang juga alumnus Curtin University, Perth, Australia, itu.