PDIP Sayangkan Perekrutan Kader dengan Jalan Pintas
Senin, 17 Februari 2014 18:03 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, S.H. (Ilustrasi: ANTARA Jateng/Kliwon)
"Sejumlah partai politik tertentu lebih memilih merekrut mereka yang sudah jadi dan sukses sebagai kepala daerah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melakukan kaderisasi internalnya," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, S.H. kepada Antara Jateng, Senin petang.
Menurut Tjahjo Kumolo yang juga anggota Komisi I DPR RI, "membajak" kepala daerah dari partai politik lain merupakan langkah yang tidak sejalan di dalam menciptakan kehidupan demokrasi yang sehat.
Oleh karena itu, Tjahjo meminta seluruh jajaran PDI Perjuangan harus tetap memegang teguh disiplin partai, menjaga soliditas partai, dan terus-menerus bekerja di tengah masyarakat dan di internal partai.
"Kami juga terus membenahi internal partai di dalam menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan rakyat dan siap menentukan siapa kawan siapa lawan terkait dengan pola-pola kampanye hitam yang merusak demokrasi," katanya.
Terkait dengan kasus Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sebagaimana diberitakan salah satu majalah nasional, Tjahjo menegaskan bahwa PDI Perjuangan mulai mencermati berkerjanya skenario hitam.
Menurut dia, skenario itu tidak hanya bekerja dengan cara-cara yang tidak demokratis, seperti penggunaan instrumen negara, tetapi juga skenario dengan menggunakan politik pemecah belah.
Politik pemecah belah itu, lanjut Tjahjo, diawali dengan kerja oknum intelijen untuk melihat potensi konflik di internal partai. Potensi konflik ini kemudian diperbesar melalui politik adu domba.
"Pada saat bersamaan dilakukan pendekatan pada tokoh-tokoh internal yang akan digalang dengan berbagai opsi," kata calon anggota tetap DPR RI periode 2014--2019 asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah I (Kota/Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kota Kendal) itu.
Tjahjo lantas menyebutkan beberapa nama kader PDI Perjuangan yang mendapat kepercayaan rakyat untuk memimpin di sejumlah daerah, antara lain Jokowi (Gubernur DKI Jakarta), Risma (Wali Kota Surabaya), Agustin Teras Narang (Gubernur Kalimantan Tengah), dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah).
"Mereka merupakan contoh dari para pemimpin yang sangat diperlukan," kata pria kelahiran Kota Surakarta yang juga alumnus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.
Pewarta : Kliwon
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Conte sayangkan kegagalan Tottenham cetak lebih banyak gol kontra Liverpool
20 December 2021 8:21 WIB, 2021
PSSI sayangkan kebijakan pemerintah Singapura wajibkan Elkan Baggott karantina
15 December 2021 5:01 WIB, 2021
Dubes Inggris sayangkan Tim Indonesia dikeluarkan dari All England 2021
19 March 2021 8:16 WIB, 2021
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017