Kepolisian Tiongkok sita 1,8 Ton Bahan Peledak di Xinjiang
Selasa, 27 Mei 2014 17:08 WIB
Ilustrasi (Foto: ANTARA News/Lukisatrio)
Dalam laman resmi pemerintah Tianshan, tertulis keterangan bahwa para petugas di wilayah selatan Xinjiang telah "menghancurkan dua sarang pembuat bom dan menyita 1,8 ton bahan peladak yang akan digunakan untuk membuat bom". Demikian diberitakan AFP.
Dalam beberapa hari terakhir, kelompok di dua tempat tersebut mulai membuat bom dengan tujuan "meledakkannya di tempat keramaian."
Laman tersebut menulis, kelompok itu telah menyaksikan sejumlah video yang mendorong aksi terorisme dan ekstrimisme. Selain itu, pemimpin kelompok juga memerintahkan anggotanya untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan dari Urumqi dan tempat-tempat lain di Tiongkok.
Sepanjang pekan ini, Tiongkok berjanji akan terus memburu kelompok teroris di provinsi Xinjiang yang dituduh bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan puluhan warga sipil.
Pada pekan lalu, lima terduga membunuh 39 orang dan melukai lebih dari 90 lainnya dalam serangan bom bunuh diri di sebuah pasar kota Urumqi. Beijing dan Washington menyebut serangan tersebut sebagai terorisme.
Pada 30 April lalu, tepat pada hari terakhir kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Xinjiang, sejumlah penyerang bersenjatakan pedang dan peledak membunuh satu orang dan melukai 79 lainnya di stasiun kereta api Urumqi.
Sebelumnya pada Maret, sejumlah orang bersenjatakan sama menewaskan 29 orang dan melukai 143 lainnya di stasiun kereta api kota Kunming. Insiden tersebut dinamai dengan peristiwa "9/11 versi Tiongkok."
Pemerintah berjanji akan memburu mereka dan menempatkan pasukan polisi bersenjata di sejumlah kota utama. Sepanjang bulan lalu, pihak kepolisian telah menangkap lebih dari 200 terduga pelaku dan menyita lebih dari 200 bom di sekitar Xinjiang.
Beijing mengatakan bahwa mereka menghadai gerakan separatis di Xinjiang yang didorong oleh ekstrimisme relijius dan disokong oleh organisasi teroris luar negeri. Tiongkok memberlakukan kontrol informasi yang ketat di daerah tersebut.
Namun sejumlah pengamat mempertanyakan seberapa jauh kekuatan organisasi kelompok-kelompok di Xinjiang dan seberapa kuat hubungan mereka dengan pihak asing.
Sementara itu kelompok pembela hak asasi manusia mengatakan bahwa kekerasan di Xinjiang disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang lebih memihak pada kelompok mayoritas etnis Han.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Jateng siap fasilitasi Tiongkok investasi bidang industri kesehatan
15 November 2023 16:36 WIB, 2023
Luhut akan gandeng tim pakar dan perusahaan China untuk ikut bangun IKN
10 April 2023 14:00 WIB, 2023
Investor Tiongkok batal, Pemkab Kudus kembali tawarkan proyek pengolahan sampah
25 January 2023 7:01 WIB, 2023
Bea Cukai Semarang gagalkan impor ratusan ribu pisau cukur ilegal asal Tiongkok
15 December 2022 16:57 WIB, 2022
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017