Logo Header Antaranews Jateng

Surono: Gunung Slamet Tak Membentuk Kubah Lava

Jumat, 5 September 2014 11:01 WIB
Image Print
Semburan lava pijar pada kawah Gunung Slamet terlihat dari Desa Pandansari, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (4/9). Dalam sepekan terakhir Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat akitivitas gempa tremor terus menerus yan
"Buktinya masih ada semburan (sinar api dan lontaran lava pijar). Apakah ada bukti visual kalau ada kubah," katanya saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Menurut dia, semburan material atau lava pijar yang masih sering teramati menunjukkan bahwa saluran atau lubang letusan Gunung Slamet tidak tersumbat.

"Bila tidak tersumbat, maka tidak ada sumbat lava karena hanya lava yang membeku dapat menyumbat saluran letusan," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu.

Ia mengatakan bahwa sumbat lava yang besar dapat disebut sebagai kubah lava.

Dengan demikian, kata dia, kubah lava kecil kemungkinan atau dapat dikesampingkan ada di dalam kawah Gunung Slamet.

"Keberadaan kubah lava hanya dapat dikenali secara visual, terlihat. Kubah lava itu kenyataan, bukan berandai-andai atau kira-kira. Bila ada kubah lava, pasti saluran letusan tertutup, lakon Slamet akan beda," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.

Dia mengaku sangat sedih ketika mendapat pertanyaan dan pemberitaan media massa yang menyebutkan bahwa magma di Gunung Slamet sudah dekat permukaan kawah, sehingga bisa masuk ke sungai-sungai yang ada di sekitar gunung tertinggi di Jateng itu.

"Memangnya magma seperti air, meluber dan mengalir melalui lembah atau sungai-sungai," katanya.

Ia mengatakan bahwa magma merupakan batuan cair seperti silika sehingga wujudnya kental.

"Kalau luber (hanya) di kawah Slamet, tidak mengalir dan 'yak-yakan' (menelusuri) di sungai. Waduh 'jan', saya ikut malu karena Republik Indonesia punya gunung api terbanyak di dunia, tapi masih ada yang membayangkan magma seperti air," ujarnya.



Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024