Logo Header Antaranews Jateng

Topeng Ikan Wonoseni mulai "Berenang"

Senin, 15 September 2014 12:45 WIB
Image Print
Khoirul Mutaqin (25), anggota Sanggar Wonoseni Desa Bandongan, Kabupaten Magelang, menunjukkan sejumlah topeng ikan karyanya yang akan menjadi properti utama tarian Topeng Ikan, baru karya sanggar tersebut, belum lama ini. (Hari Atmoko/dokumen).

Raut wajah bangga tersimpan di wajah pembuat topeng bernama Khoirul Mutaqin (25) itu, selagi lelaki muda tersebut menunjukkan topeng karyanya, berupa ikan tawes, arwana, dan koki.

Dia pula tergabung sebagai anggota pegiat kelompok kesenian Sanggar Wonoseni Desa Bandongan, pimpinan Kepala Dusun Wonolelo Pangadi.

Setelah tiga topeng ikan yang sudah jadi itu, pembuatnya telah merencanakan kelanjutan karyanya pada sesi ini, untuk menjadi tujuh topeng. Sebanyak empat topeng ikan lain yang sedang dirancang, berupa ikan lele, cupang, lauhan, dan komet.

Wujud topeng ikan diperkuat dengan proses sungging menggunakan aneka warna cat tembok dan tatahan secara detail, yang terkesan nyaris mirip dengan guratan-guratan batik pada bahan utamanya. Alhasil, bolehlah topeng ikan karyanya itu disebut sebagai cantik.

"Masih melanjutkan terus, ini sedang membuat bakalan, pakai kayu waru dan besiar," ungkap sang kreator.

Selama sekitar lima tahun terakhir, dia secara otodidak menjadi pembuat topeng kayu untuk memasok koleksi di sejumlah galeri seni di sekitar Candi Borobudur dan Magelang. Sebelumnya, dia bekerja sebagai tukang bangunan di beberapa kota, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Magelang.

Karya topeng ikan sebagai inovasi kreatif Iroel, panggilan Khoirul Mutaqin yang hanya lulus sekolah dasar pada 2004 tersebut, setelah selama ini membuat topeng kayu berupa wayang, "buta" atau raksasa, dan panji.

"Kalau topeng panji, wayang, atau buta (raksasa, red.) sudah sering kita jumpai. Kebetulan saja saya belum banyak menemukan topeng ikan, mungkin saja di daerah lain sudah ada, tetapi di sekitar Magelang ini, kok rasanya belum banyak," tuturnya.

Hampir berbarengan dengan proses penciptaan Iroel atas topeng kayu, kawan-kawan sanggarnya dengan dipimpin Kadus Pangadi memulai pula menciptakan karya baru tarian yang akan diberi nama tari Topeng Ikan.

"Sedang memulai menciptakan gerakan-gerakan tarian menggambarkan gerak ikan sedang berenang. Latihan-latihan sudah dimulai, irama iringannya mengikuti gerakan-gerakan ikan," ucap Pangadi.

Belum ada rencana pasti peluncuran ciptaan tarian baru berstempel Sanggar Wonoseni Bandongan atas tarian Topeng Ikan itu. Mereka memang sepakat tidak ingin terburu-buru meluncurkan karya tarian Topeng Ikan, hingga mendapatkan kepuasan batin secara bersama-sama atas kreasi baru yang bernuansa lokal itu.

Akan tetapi, tarian Topeng Ikan yang bakal dimainkan oleh tujuh penari sanggar setempat itu, diiringi dengan tabuhan beberapa alat musik tradisional milik sanggar mereka, seperti kemung, bende, kendang, bas drum, dan kepyek.

"Membuat tarian baru dan iringan sekaligus, selalu menjadi tantangan bersama kami yang selalu menarik, membuat warga kami makin guyub," ujarnya.

Sejumlah karya seni tradisional dan kontemporer dusun yang telah dimiliki sanggar yang juga bagian dari kelompok besar seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) itu, antara lain musik islami Madyo Pitutur, tarian Seto Kencono dan warok bocah.

Untuk memperkuat tampilan tarian Topeng Ikan, Iroel juga sekaligus mengkreasi aksesoris topengnya dengan membuat secara detail sayap, sirip, ekor, menggunakan bahan matras dan kain tile.

Gemar memancing
Inspirasi membuat topeng ikan, tidak lepas dari kegemaran lama Iroel memancing ikan di beberapa aliran sungai di sekitar dusunnya yang nisbi tak jauh dari Kota Magelang, seperti di alur Kali Progo, Kedung Lowo, Kedung Gupit, dan Kedung Biru.

Disebutnya nama-nama ikan dalam bahasa lokal yang secara detail dihafalnya, seperti kotes, gabus, uceng, kekel, palung, pelus, senggaringan, melem, deler, wader, mujair, gurami, beong, petho, belut, lele, dan tawes.

Belum lagi, nama-nama ikan hias yang saat ini dibudidayakan masyarakat perikanan dan marak dijual di pasar ikan di daerah setempat, seperti koki, koi, mas, lauhan, dan cupang.

"Kalau ikan hias, ada puluhan jenis dan biasanya untuk akuarium," kata bujangan yang anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Muhtar (55) dan Latifah (53) itu.

Karya topeng ikan, bukan sekadar untuk properti utama tarian baru karya anggota Sanggar Wonoseni Bandongan, akan tetapi juga biasa untuk hiasan tembok.

Iroel pun mematok harga secara bervariasi untuk karya topeng ikan, sesuai dengan tingkat kesulitan dalam penatahan dan sunggingan, yakni antara Rp100 ribu hingga Rp300 ribu per topeng.

Pangadi mengatakan gagasan untuk menciptakan tarian Topeng Ikan tidak lepas dari kesadaran bersama warga setempat untuk penyelamatan lingkungan sungai-sungai, terutama di kawasan dusun itu, agar tetap lestari.

"Sering kali masih kita jumpai, ada yang menangkap ikan dengan menyetrum atau menggunakan bahan kimia. Itu membuat ikan di sungai menjadi berkurang. Satwa ikan perlu untuk dijaga, diselamatkan, jangan sampai punah," tukas dia.

Karya topeng ikan dengan varian utama tarian Topeng Ikan Sanggar Wonoseni Bandongan, ingin mengajak masyarakat luas membiarkan ikan berenang di habitat sungai-sungainya.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025