Logo Header Antaranews Jateng

'Kemilau Permata Negeri' Kuatkan Pelukis Hadapi MEA

Sabtu, 27 September 2014 15:17 WIB
Image Print
Lukisan berjudul "Sudut" tentang salah satu pojok di Candi Borobudur yang akan dipajang dalam pameran "Kemilau Permata Negeri" di Griya Lukisan Pancanaka Borobudur Kabupaten Magelang, Sabtu (27/9). (Hari Atmoko/dokumen).

"Kekayaan budaya bangsa yang kuat dan beraneka ragam, berbeda dengan negara lain, menjadi garapan yang tak pernah habis, modal penting untuk menghadapi MEA 2015. Itulah yang ingin kami sampaikan kepada publik melalui pameran karya-karya kami," kata Ketua Panitia Pameran Lukisan "The Shining Diamond of Country" (Kemilau Permata Negeri) Serlie Nafa'a Yuana di Borobudur, Sabtu.

Para pelukis yang tergabung dalam "Kelompok Wong Wolu" menggelar pameran karya mereka di Griya Lukisan Pancanaka Jalan Badrawati Nomor 9 Borobudur, di depan pintu VII Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang, mulai 28 September hingga 12 Oktober 2014.

Rencananya, pameran dibuka oleh Bupati Magelang Zaenal Arifin, diikuti oleh delapan pelukis berasal dari Borobudur, Salaman, Bandongan, Mungkid, Klaten, dan Ungaran, serta ditandai dengan orasi oleh budayawan Borobudur, Ariswara Sutomo, pentas musik dan puisi oleh Cipto Purnomo dan Mang Yani, tarian "Incling Jangget" (Sanggar Askrab Avadana Borobudur), dan performa seni (perupa Borobudur).

"Karya yang dipamerkan bersifat naturalis dan realis, menggali berbagai kekayaan alam, seperti tentang keindahan alam dan dunia ternak, serta kehidupan seni budaya Indonesia. Itu kekuatan potensial, termasuk untuk mengembangkan pariwisata, menghadapi pasar bebas nanti," katanya.

Ia menyebut para pelukis tidak berdiam diri menghadapi tantangan pasar bebas ASEAN mendatang. Mereka yang terlibat dalam pameran dengan didukung para pekerja seni di kawasan Candi Borobudur itu, menyadari pentingnya membangkitkan inspirasi dan kreativitas masyarakat umum agar optimistus menghadapi persaingan dalam pasar bebas ASEAN 2015.

Beberapa karya yang dipamerkan, antara lain berjudul "Melindungi" (Agus Salim), "Jalan Menuju Desa" (Joko S.P.), "Semangat Pagi" (Nafa), "Sudut" (M. Rochman), "Kemesraan" (Budi Widaryatno), "Kupu Gajah" (Hadrianus Murdiman), "Tari Gambyong" (Y. Ari Susilo), dan "Happiness" (Y. Kristiyono).

Ia mengatakan pameran itu juga mendorong para pekerja seni makin bersemangat dalam berkarya untuk meningkatkan produktivitas industri pariwisata, khususnya sektor kerja kreatif di Borobudur.

"Juga untuk menciptakan masyarakat Borobudur yang terinspirasi dan termotivasi, ikut serta mengembangkan kepariwisataan Borobudur, serta menguatkan jalinan interaksi antara pelaku parwisata Borobudur dengan para seniman," katanya.

Ia menjelaskan MEA memberi kemudahan pemasaran berbagai produk dari berbagai negara. Hal itu, sebagai peluang dan tantangan atas pasar berbagai produk dalam negeri.

"Upaya pengembangan dan pemberdayaan potensi-potensi lokal Indonesia, salah satu strategi untuk menangkap peluang pasar bebas ASEAN. Dan untuk Borobudur dengan kawasannya, potensi budaya dan kesenian, adalah peluang menyejahterakan masyarakat, dengan merebut pasar pariwisata dalam era pasar bebas ASEAN nanti. Tinggal sekarang kerja kreatif yang dibutuhkan," katanya.

Pengelola Griya Lukisan Pancanaka Borobudur Ari Susilo mengatakan pameran itu mengabarkan kepada masyarakat dalam dan luar negeri tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia, khususnya kawasan Candi Borobudur.

"Apalagi gaya lukisan naturalis mudah dipahami oleh apresian secara universal," katanya.

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024