Logo Header Antaranews Jateng

Terima Kasih SBY, Selamat Bekerja Jokowi

Senin, 20 Oktober 2014 12:29 WIB
Image Print
Presiden Joko Widodo (kiri) bersalaman dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Sepanjang proses pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dalam Sidang Paripurna MPR di Jakarta, Senin (10/10), berjalan mulus. Koalisi Merah Putih (KMP), yang sering dituding oleh kalangan analis politik partisan bakal melakukan aksi penjegalan pelantikan Jokowi, membuktikan dirinya sebagai kelompok yang masih menjunjung sportivitas politik.

Di hadapan tamu penting yang menyaksikan pelantikan tersebut, termasuk Menteri Luar Negeri AS John F. Kerry, rakyat Indonesia melalui tayangan langsung televisi menyaksikan ritual demokrasi dalam memilih dan menetapkan pemimpin.

Kehadiran kompetitor Jokowi pada Pemilu Presiden 2014, Prabowo Subianto, dalam acara pelantikan Presiden ketujuh RI menunjukkan dirinya seorang kesatria karena kehadiran itu sekaligus menegaskan pengakuannya secara legal konstitusional Jokowi sebagai pemenang Pemilu Presiden 2014.

Tiga hari menjelang pelantikan Jokowi memang membuat langkah penting untuk meredakan ketegangan politik. Ia mendatangi Prabowo. Syukurlah, Prabowo menyambut hangat kedatangan Jokowi sehingga pertemuan dua tokoh ini direspons positif pasar. Indeks Harga Saham Gabungan langsung melesat hari ini. Rupiah pun cenderung menguat. Senin (20/10) pagi, IHSG langsung kembali melesat di atas 5.000, sedangkan rupiah berpotensi menguat di bawah Rp12.000 terhadap dolar AS.

Lebih dari 100 tamu negara hadir dalam pelantikan tersebut. Itu menunjukkan betapa pentingnya Indonesia bagi mereka. Posisi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) memang semakin menguat. RI masuk G-20.

Harus diakui Presiden SBY telah memberikan segala kemampuannya untuk membawa Indonesia keluar dari krisis yang terjadi sejak 1998. Jumlah kelas menengah saat ini mencapai lebihd ari 100 juta jiwa, yang menjadi penopang kekuatan ekonomi domestik. Di balik pertumbuhan konsisten lebih dari 5 persen per tahun yang dicetak Presiden SBY, memang menyisakan ketimpangan pendapatan yang kian lebar. Pada awal tahun 2000-an, Indeks Gini tercatat masih 0,3 namun pada 2012 tertoreh menjadi 0,41. Itu menandakan kesenjangan ekonomi kian melebar.

Dengan mengantongi perolehan 53 persen suara dalam Pemilu Presiden 2014, Jokowi memiliki legitimasi kuat untuk memimpin Indonesia hingga lima tahun ke depan. Ia bahkan bisa menyamai SBY bila menorehkan sukses dalam lima tahun pertamanya.

PDIP yang menjadi kendaraan politik Jokowi ketika maju sebagau capres selama ini dikenal sebagai partai "wong cilik". Jokowi tentu menyadari ketimpangan yang kian melebar tersebut. Apalagi sebagian besar dari "korban" ketimpangan itu adalah "wong cilik" yang menjadi konstituen utama partai banteng.

Petani, nelayan, pedagang informal, buruh, dan "wong cilik" pasti bakal menagih duet Jokowi-Kalla untuk menyusun kebijakan yang mampu mengeluarkan mereka dari kesesakan hidup. Kaum Marhaen tidak ingin sekadar menjadi penonton atas sukses yang diraih kelas menengah yang didominasi kaum pegawai dan pengusaha tersebut.

Terima kasih SBY-Boediono. Selamat bekerja Jokowi-Kalla. ***

Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024