Logo Header Antaranews Jateng

Pergizi: Masih banyak Masyarakat Indonesia Belum Biasa Sarapan

Jumat, 13 Februari 2015 15:12 WIB
Image Print
Seorang karyawan berkostum Santa Klaus membagikan sarapan gratis di depan sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Veteran, Malang, Jawa Timur, Senin (15/12. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
"Banyak yang belum terbiasa sarapan dan banyak yang belum paham seperti apa sarapan yang bergizi," kata Hardinsyah dalam kampanye Berbagi Pesan (Pekan Sarapan Nasional) 2015 di Jakarta, Jumat.

Hardinsyah juga menyayangkan sebagian masyarakat tidak memperhatikan gizi makanan sarapan mereka. Menurut hasil riset Nestle Indonesia empat dari 10 anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi.

Ia juga mengutip data penelitian sebuah lembaga terhadap 50 ribu anak dengan rentang usia lima sampai 12 tahun di Indonesia.

"Untuk minuman, yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan di Indonesia adalah air mineral, teh, sirup, susu dengan kadar gula yang tinggi dan susu dengan kadar gula yang rendah," katanya ahli gizi Institut Pertanian Bogor itu.

Sementara lima jenis makanan yang kerap dikonsumsi untuk sarapan, menurut hasil survei itu, nasi, rebusan umbi-umbian, mie, biskuit dan sereal.

"Namun untuk nasi dan rebusan tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan vitamin karena kecenderungan orang Indonesia hanya sarapan untuk kalori, belum mengutamakan keseimbangan gizi," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa sarapan sebaiknya sebelum pukul 09.00 pagi atau sebelum beraktivitas dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau 25 persen dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kilo kalori.

"Sarapan yang sehat idealnya menyumbang 25 persen asupan kebutuhan gizi untuk satu hari. Maka sarapan yang sehat sangat mempengaruhi aktivitas dan prestasi anak dan orang dewasa," katanya.



Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024