Rendah Tingkat Konsumsi Umbi-umbian di Solo
Jumat, 17 April 2015 12:36 WIB
"Konsumsi umbi-umbian sebagai makanan alternatif di Solo masih rendahnya, sebaliknya konsumsi minyak dan lemak justru berlebih," ucapnya.
Kentis berharap pola pangan warga bisa dibenahi dengan terus digalakkannya sosialisasi tentang pangan tersebut.
"Kami juga gencar sosialisasi untuk peningkatan kemampuan olah pangan nonberas dan terigu. Bahkan kami telah menyiapkan 20 pelatihan olahan pangan umbi-umbian. Tentu ini kami lakukan agar meningkatkan konsumsi nonberas dan terigu," katanya.
Meski demikian, lanjutnya, pola pangan masyarakat di Solo dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 86 persen dari standar nasional 100 persen dan terus meningkat mencapai 90,1 persen pada tahun 2014.
Ia mengatakan pola pangan ini diukur dari konsumsi padi-padian, umbi-umbian, pangan hewan, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula, serta buah dan sayur-sayuran.
"Kalau ditotal standarnya itu harus 100 persen, tapi pola pangan di Solo masih 90,1 persen," ucapnya.
Kentis mengungkapkan belum terpenuhinya pola pangan di antaranya karena konsumsi umbi-umbian atau makanan tradisional warga masih rendah. Mestinya sesuai standar, konsumsi umbi-umbian harus 2,5 persen.
Pewarta : Joko Widodo
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025