Rupiah Menguat Jadi Rp14.356 per Dolar AS
Selasa, 6 Oktober 2015 10:50 WIB
Menurut dia, aset di negara berkembang, termasuuk Indonesia kembali dilirik mengingat imbal hasil yang ditawarkan cukup tinggi serta proyeksi pertumbuhan ekonomi ke depan masih akan solid.
Ia menambahkan bahwa harga komoditas dunia yang mulai bergerak naik juga menekan mata uang dolar AS. Tentu saja, momentum itu berdampak pada sejumlah mata uang penghasil komoditas, termasuk Indonesia.
Dari dalam negeri, lanjut dia, spekulasi Paket Kebijakan Ekonomi jilid III oleh pemerintah dalam waktu dekat dikabarkan akan menurunkan harga tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu faktor positif.
"Kebijakan itu dipercaya dapat mendorong kembali daya beli masyarakat sehingga nantinya perekonomian domestik akan bergerak tumbuh," ujarnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa suku bunga antar bank di Indonesia yang mulai turun setelah sempat melonjak tajam menandakan kondisi likuiditas jangka pendek mulai pulih.
"Dari domestik, muncul sedikit optimisme terhadap gelontoran kebijakan ekonomi pemerintah yang telah dikeluarkan sebelumnya akan berdampak pada ekonomi domestik ke depan. Dalam jangka pendek ruang penguatan masih tersedia," katanya.
Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025