Logo Header Antaranews Jateng

Wakil Ketua MPR: Dai Mampu Perkokoh Empat Pilar

Jumat, 22 April 2016 11:39 WIB
Image Print
Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta saat membuka sosialisasi Empat pilar dikalangan peserta Diklatnas Kader Dakwah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) 2016 di Jakarta, Jumat,(4/3). (MPR RI)
Jakarta, Antara Jateng - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengemukakan, para dai yang tergabung dalam Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) diharapkan mampu memperkokoh pemahaman empat pilar, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Para dai akan mampu memperkokoh empat pilar sebab para dai yang terhimpun dalam Ikadi dalam melaksanakan dakwah, dakwahnya adalah dakwah Islam yang rahmatan lil alamin," kata Oesman Sapta dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Oesman mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Silaturahim Kebangsaan bersama para dai di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 21 April 2016.

Wakil Ketua MPR meyakini anggota Ikadi adalah kaum muslim yang kesehariannya mengikuti jejak Rasulullah yang ingin mewujudkan kesejahteraan seluruh umat manusia.

Dia juga meyakini bahwa Ikadi mendukung penguatan NKRI sebab penguatan NKRI adalah syarat utama terciptanya harmoni sosial di antara sesama warga negara.

"Bila ada perbedaan, itu bukanlah sesuatu yang harus dihilangkan atau dimusuhi," katanya.

Ia menambahkan, keberagaman justru dapat mendorong manusia untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikadi Prof Dr Ahmad Satori Ismail menegaskan jihad dan syahid bukan dengan mengangkat senjata melawan pemerintahan yang sah dan melakukan perusakan, apalagi teror yang membuat orang takut.

"Jadi, tidak ada hubungan antara jihad dan syahid dengan aksi- aksi terorisme yang terjadi, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mereka tidak paham makna sebenarnya jihad dan syahid dan jelas tidak mengerti Islam," kata Satori di Jakarta, Selasa (29/3).

Satori mengatakan, sejak dahulu warisan Islam adalah kelembutan. Islam menyuruh umatnya untuk berdakwah secara hikmat, memberikan nasihat secara baik, bahkan berdialog juga harus dengan baik.

Menurut dia, berjihad bisa dengan berbagai macam cara, bisa menggunakan harta, tenaga, kekuatan, jiwa, dan lain-lain. Di era penjajahan, jihad memang dilakukan dengan segala daya, baik ekonomi, budaya, hingga mengangkat senjata.

"Ketika kita sudah tidak dijajah secara fisik, maka perjuangan kita bukan angkat senjata. Tapi dengan memerdekakan negeri ini dari berbagai pengaruh asing, kemiskinan, sehingga bangsa Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur sesuai UUD 45," paparnya

Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024